🎱 Sebutkan Kemungkinan Bahaya Yang Akan Terjadi Di Pabrik Pembuatan Roti

Pekerjajuga perlu diberikan arahan cara penggunaan yang tepat dan melakukan penyimpanan peralatan dengan aman di tempat yang sudah disediakan. Slip hazard - Risiko terjatuh Risiko ini mencakup behaya tergelincir dan tersandung. Hal tersebut merupakan bahaya yang umum terjadi di dapur, khususnya di area yang cenderung basah.
ArticlePDF AvailableAbstractUKM Ahnaf Bakery adalah salah satu usaha di bidang olahan pangan yang memproduksi roti. Usaha roti ini berdiri di Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor selama 2 tahun terakhir. Permasalahan yang terjadi pada UKM Ahnaf Bakery penulis mengamati masih tidak memenuhi pedoman GMP dari hasil observasi awal ditemukan beberapa aspek GMP yang tidak memenuhi seperti aspek bangunan dan fasilitas, karyawan, pemeliharaan dan sanitasi hingga penyimpanan. Permasalahan yang terkait dengan sanitasi ditinjau dari pelaksanaan SSOP di UKM Ahnaf Bakery misalnya dalam hal jaminan kebersihan yang belum memadai dengan belum adanya kontrol dan pemeriksaan laboratorium terhadap air yang digunakan untuk produksi dan belum adanya pengecekan kesehatan karyawan. Selain itu pihak UKM Ahnaf Bakery juga belum dapat menerapkan sistem HACCP karena beberapa kendala seperti masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia yang memahami sistem manajemen HACCP. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penerapan GMP dan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, serta mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya pada tahapan proses produksi roti UKM Ahnaf Bakery dengan menggunakan sistem HACCP terhadap persyaratan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah, yang selanjutnya dirumuskan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas yang harus dilakukan sebagai upaya perbaikan dalam menjamin kualitas dan keamanan roti di UKM Ahnaf Bakery. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pelaksanaan GMP pada produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery memiliki kategori Cukup Memenuhi Sedang dengan hasil penilaian rata-rata penerapan GMP sebesar 62 %. Penerapan SSOP pada produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery memiliki kategori Cukup Memenuhi Sedang dengan hasil penilaian rata-rata penerapan SSOP sebesar 53,33%. Pada analisa bahaya untuk menentukan titik kendali kritis CCP menggunakan konsep HACCP di UKM Ahnaf Bakery didapatkan sembilan tahapan proses pembuatan roti yang dianggap sebagai CCP yaitu proses penerimaan bahan kering, penerimaan bahan lemak, pengovenan roti, pendinginan roti, pembuatan krim, penyimpanan krim, pemberian krim dan toping, pengemasan dan penyimpanan produk akhir. Rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas produk roti yang dirumuskan berdasarkan hasil penelitian antara lain penerapan aplikasi GMP, SSOP dan HACCP, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, meningkatkan pengawasan mutu bahan baku, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian kinerja produksi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Jurnal Teknologi dan Manajemen ISSN Print 1693-2285 ISSN Online 2808-9995 This is an open access article under the CC–BY-NC license Klik di sini dan tulis Kategori Artikel Anda Analisis Pengendalian Kualitas Produk Roti Menggunakan Metode Good Manufacturing Practices GMP Dan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP Pada UKM Ahnaf Bakery Amalia Nurrahmah1, Sri Hartini1, Prita Pantau Putri Santosa1 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta Diterima 05 Juli 2022 Direvisi 28 Juli 2022 Diterbitkan 14 Agustus 2022 UKM Ahnaf Bakery adalah salah satu usaha di bidang olahan pangan yang memproduksi roti. Usaha roti ini berdiri di Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor selama 2 tahun terakhir. Permasalahan yang terjadi pada UKM Ahnaf Bakery penulis mengamati masih tidak memenuhi pedoman GMP dari hasil observasi awal ditemukan beberapa aspek GMP yang tidak memenuhi seperti aspek bangunan dan fasilitas, karyawan, pemeliharaan dan sanitasi hingga penyimpanan. Permasalahan yang terkait dengan sanitasi ditinjau dari pelaksanaan SSOP di UKM Ahnaf Bakery misalnya dalam hal jaminan kebersihan yang belum memadai dengan belum adanya kontrol dan pemeriksaan laboratorium terhadap air yang digunakan untuk produksi dan belum adanya pengecekan kesehatan karyawan. Selain itu pihak UKM Ahnaf Bakery juga belum dapat menerapkan sistem HACCP karena beberapa kendala seperti masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia yang memahami sistem manajemen HACCP. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penerapan GMP dan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, serta mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya pada tahapan proses produksi roti UKM Ahnaf Bakery dengan menggunakan sistem HACCP terhadap persyaratan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah, yang selanjutnya dirumuskan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas yang harus dilakukan sebagai upaya perbaikan dalam menjamin kualitas dan keamanan roti di UKM Ahnaf Bakery. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pelaksanaan GMP pada produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery memiliki kategori Cukup Memenuhi Sedang dengan hasil penilaian rata-rata penerapan GMP sebesar 62 %. Penerapan SSOP pada produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery memiliki kategori Cukup Memenuhi Sedang dengan hasil penilaian rata-rata penerapan SSOP sebesar 53,33%. Pada analisa bahaya untuk menentukan titik kendali kritis CCP menggunakan konsep HACCP di UKM Ahnaf Bakery didapatkan sembilan tahapan proses pembuatan roti yang dianggap sebagai CCP yaitu proses penerimaan bahan kering, penerimaan bahan lemak, pengovenan roti, pendinginan roti, pembuatan krim, penyimpanan krim, pemberian krim dan toping, pengemasan dan penyimpanan produk akhir. Rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas produk roti yang dirumuskan berdasarkan hasil penelitian antara lain penerapan aplikasi GMP, SSOP dan HACCP, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, meningkatkan pengawasan mutu bahan baku, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian kinerja produksi. Good Manufacturing Practice GMP , Hazard Analysis Critical Control Point HACCP, Pengendalian Kualitas, Sanitation Standard Operational Procedures SSOP, Sistem Keamanan Pangan E-mail Author Korespondensi amalianurrahmah46 PENDAHULUAN Perkembangan di era globalisasi, teknologi serta informasi yang terus berkembang membawa dampak untuk industri supaya dapat turut dalam bersaing. Persaingan disebuah industri akan memberikan dampak positif untuk industri tersebut. Salah satu yang dapat dilakukan perusahan dengan melaksanakan strategi bisnis serta meningkatkan mutu hasil produksi, supaya sanggup bertahan dalam persaingan bisnis di era globalisasi yang terus menjadi ketat Rizki, 2019. Oleh karena itu, industri wajib melaksanakan pengendalian kualitas supaya produk yang dihasilkan terjamin hingga ke konsumen, sehingga industri bisa mempertahankan standar industri yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, kelangsungan produksi dari suatu industri tetap terjamin serta industri bisa mempertahankan konsumen dan menciptakan keuntungan Febilyvia, 2021. Salah satu industri yang harus ketat dalam pelaksanaan pengendalian kualitas adalah industri pangan. Tuntutan konsumen atas jaminan mutu keamanan pangan menjadi sangat vital bagi industri dan bisnis pangan. Konsumen berkeyakinan bahwa produk yang aman tidak dapat hanya dijamin dengan hasil uji produk akhir di laboratorium, melainkan dapat diperoleh dari bahan baku yang baik, NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI ditangani dengan baik, diolah, didistribusikan dengan baik, dan diproses oleh tenaga yang kompeten Saninta, 2020. Usaha menjamin keamanan pangan di tingkat manufaktur diawali dengan praktik cara produksi pangan yang baik Good Manufacturing Practices. Good Manufacturing Practices GMP adalah kaidah atau pedoman cara pengolahan makanan yang baik dan benar untuk menghasilkan makanan atau produk akhir yang aman, bermutu dan sesuai dengan selera konsumen Febilyvia, 2021. UKM Ahnaf Bakery adalah salah satu usaha di bidang olahan pangan yang memproduksi roti. Usaha roti ini berdiri di Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor selama 2 tahun terakhir. UKM Ahnaf Bakery memproduksi roti kurang lebih sebanyak bungkus dalam satu kali produksi dengan bermacam varian jenis dan rasa. Mengingat banyaknya kapasitas yang dibuat, sehingga penting menerapkan cara produksi pangan yang baik oleh UKM Ahnaf Bakery sebagai upaya preventif agar pangan yang siap dikonsumsi tersebut bersifat aman, layak dikonsumsi dan berkualitas. Proses produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery masih tidak memenuhi standar penerapan sistem Good Manufacturing Practices GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2010, Sanitation Standard Operating Procedures SSOP dan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP. Berdasarkan observasi awal terhadap pengendalian kualitas yang dijalankan oleh UKM Ahnaf Bakery peneliti mengamati masih tidak memenuhi pedoman Peraturan Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 75/M-IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik. Konsep GMP segala yang berhubungan dengan produk dipastikan harus bersih, baik bahan baku yang digunakan, peralatan produksi, proses produksi serta kesehatan dan higiene karyawan. Berikut adalah Tabel 1 yang merupakan hasil observasi awal pada UKM Ahnaf Bakery. Tabel 1. Hasil Observasi Awal Ketidaksesuaian Terhadap GMP Aspek Ketidaksesuaian GMP Karyawan tidak menggunakan perlengkapan hygiene yang lengkap Pemeliharaan dan Sanitasi Pintu ruangan yang tidak tertutup Penyimpanan bahan baku yang tidak sesuai Sumber UKM Ahnaf Bakery, 2022 Dari hasil observasi awal pada Tabel dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi disebabkan oleh lingkungan, faktor manusia, dan bahan baku. Pada aspek bangunan dan fasilitas ditemukan ventilasi udara yang minim, hal ini akan menyebabkan suhu udara dilantai produksi menjadi panas sehingga berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang akan membuat adonan roti. Kemudian pada aspek karyawan, karyawan yang tidak menggunakan perlengkapan APD, hal tersebut juga akan berpengaruh pada tingkat kebersihan roti. Aspek Pemeliharaan dan Sanitasi, ditemukan tempat sampah yang terbuka dan dekat dengan bahan baku. Hal ini akan berpengaruh pada adonan roti karena tingkat kontaminasi yang cukup tinggi. Selanjutnya pada aspek bangunan, pintu ruang produksi yang tidak tertutup karena beberapa keperluan karyawan di tempat produksi, sehingga hal ini dapat memunculkan resiko kontaminasi dari luar dan yang terakhir pada aspek penyimpanan, dimana penyimpanan bahan baku yang dilakukan oleh Ahnaf Bakery masih tidak sesuai yaitu bahan baku diletakan dilantai, hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan baku. Permasalahan yang terkait dengan sanitasi ditinjau dari pelaksanaan Sanitation Standard Operational Procedures SSOP di UKM Ahnaf Bakery misalnya dalam hal jaminan kebersihan yang belum memadai dengan belum adanya kontrol dan pemeriksaan laboratorium terhadap air yang digunakan untuk produksi dan belum adanya pengecekan kesehatan karyawan. Beberapa permasalahan terkait SSOP tersebut dikhawatirkan dapat memunculkan kontaminasi pada produk yang dibuat. Selain itu pihak UKM Ahnaf Bakery juga belum dapat menerapkan sistem HACCP karena beberapa kendala seperti masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia yang memahami sistem manajemen HACCP. Masalah pendanaan juga masih menjadi hal yang cukup mendasar karena UKM Ahnaf Bakery sejauh ini masih berupaya dan berfokus pada pengembangan dan pertumbuhan usaha sehingga belum ada pengalokasian dana secara khusus untuk menerapkan sistem manajemen keamanan pangan HACCP secara utuh dan menyeluruh. Berdasarkan kondisi tersebut, dengan permasalahan yang terjadi pada UKM Ahnaf Bakery maka harus segera diperbaiki, jika dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap kualitas dan keamanan roti. Oleh karena itu, perlu adanya sistem jaminan kualitas dan keamanan pangan bagi industri pengolahan pangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah untuk menghasilkan pangan yang aman dan sehat yang dikenal dengan istilah Good Manufacturing Practices GMP, Sanitation Standard Operating Procedures SSOP dan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis penerapan GMP dan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, serta mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya pada tahapan proses produksi roti UKM Ahnaf Bakery dengan menggunakan sistem HACCP terhadap persyaratan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah, yang selanjutnya dirumuskan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas yang harus dilakukan sebagai upaya perbaikan dalam menjamin kualitas dan keamanan roti di UKM Ahnaf Bakery. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah Bagaimana penerapan sistem Good Manufacturing Practices GMP, Sanitation Standard Operating Procedures SSOP dan sistem Hazard Analysis Critical Control Point pada proses produksi roti di UKM Ahnaf Bakery? NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah mengetahui penerapan sistem Good Manufacturing Practices GMP, Sanitation Standard Operating Procedures SSOP dan sistem Hazard Analysis Critical Control Point pada proses produksi roti di UKM Ahnaf Bakery. Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dilakukan sebagai laporan Tugas Akhir yang bertujuan agar penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan mengaplikasikan keilmuan yang telah dipelajari selama berkuliah di program studi Strata 1 Teknik Industri Universitas Indraprasta PGRI. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi masukan rekomendasi dalam peningkatan pengendalian kualitas produk roti dengan pendekatan GMP dan HACCP. METODE Metode Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Sugiyono 2010, dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuannya. Metode analisis deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan menggambarkan segala fakta yang ada, mengidentifikasi masalah dan membuat perbandingan atau evaluasi terhadap informasi atau data yang diperoleh Damanik, 2012. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mendeskripsikan bagaimana kesenjangan penerapan sistem GMP, SSOP dan mengidentifikasi penerapan sistem HACCP pada Ahnaf Bakery dan menetapkan rekomendasi alternatif strategi yang harus dilakukan untuk perbaikan pengendalian kualitas roti Ahnaf Bakery. Mengidentifikasi Penyimpangan Penerapan GMP dan SSOP Menggunakan Formulir Checklist Penilaian GMP dan SSOP Pada langkah ini adalah mengidentifikasi gap kesenjangan antara prosedur yang dilakukan dengan prosedur standar tertulis dengan menentukan bobot skor terhadap penerapan setiap persyaratan GMP dan SSOP di perusahaan menggunakan gap analysis checklist. Penentuan atau pemberian bobot skor tersebut dilakukan dengan cara membandingkan antara penerapan persyaratan GMP dan SSOP di perusahaan dengan standar GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75 tahun 2010 dan standar SSOP menurut Food and Drug Administration FDA 1995 dan National Seafood HACCP Alliance for Training and Education NSHATE 1999. Langkah selanjutnya adalah perhitungan persentase penerapan masing-masing aspek GMP dan SSOP dari penjumlahan bobot. Penentuan bobot skor adalah sebagai berikut Bakhtiar dan Purwanggono, 2009 a. Skor 1 Jika organisasi atau perusahaan tidak melakukan aktivitas tersebut. b. Skor 2 Jika organisasi atau perusahaan memahami aktivitas tersebut adalah suatu hal baik untuk dilakukan tetapi tidak/ belum melakukannya atau ada persyaratan aktivitas yang belum dipenuhi. c. Skor 3 Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut terkadang saja belum konsisten. d. Skor 4 Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut tetapi belum sempurna/ belum maksimal. e. Skor 5 Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut dengan baik. Perhitungan persentase penerapan dari penjumlahan bobot adalah sebagai berikut % 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 = ∑𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝑃𝑎𝑡𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟∑𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% Range persentase penerapan dari penjumlahan bobot berarti sebagai berikut Bakhtiar dan Purwanggono, 2009 a. 75%-100% Program SSOP dan GMP organisasi atau perusahaan telah memenuhi persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999 dan persyaratan standar GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2010. b. 50% - 74% Program SSOP dan GMP perusahaan atau organisasi masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar SSOP dan GMP dan meningkatkan keefektifan penerapan program SSOP dan GMP. c. 1% - 49% Program SSOP dan GMP organisasi atau perusahaan sangat butuh perbaikan karena berbeda jauh dari persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999 dan persyaratan standar GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2010. Penyusunan Hazard Analysis and Critical Control Point HACCP HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan preventive yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Konsep HACCP menurut CAC terdiri dari 12 langkah, di mana 7 prinsip HACCP tercakup pula di dalamnya. Langkah-langkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP menurut CAC disajikan pada Gambar 1. NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI Gambar 1. Langkah Penyusunan HACCP Perumusan Rekomendasi Alternatif Strategi Perbaikan Pengendalian Kualitas Menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP Analitycal Hierarchy Process AHP merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam pengambilan suatu keputusan pada sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Dalam mempergunakan prinsip ini, AHP dapat digunakan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk melakukan tindakan kreatif dan untuk mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Selain itu untuk membantu para pemimpin dalam menetapkan informasi apa yang patut dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh faktor-faktor relevan dalam situasi kompleks, juga dapat melacak ketidakkonsistenan dalam pertimbangan dan preferensi peserta, sehingga para pemimpin mampu menilai mutu pengetahuan para anggota mereka dan pemantapan pemecahan masalah Saaty, 1993. Kelemahan dan penyimpangan yang terjadi pada proses ditelusuri sebab - sebabnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan proses sehingga menimbulkan adanya produk cacat diantaranya ditelusuri dari mesin, karyawan, metode dan bahan baku. Analisa untuk mengidentifikasi masalah penyebab dan solusi yang diinginkan tersebut dilanjutkan menggunakan Metode Pembobotan Analitical Hierarchy Process AHP dengan menggunakan bantuan tools Criterium Decision Plus Student Version HASIL DAN DISKUSI Analisis Kesenjangan GAP Analysis Penerapan Good Manufacturing Practices GMP GMP Good Manufacturing Practice sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-IND/PER/7/2010 terdapat beberapa aspek yaitu lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, mesin/peralatan, bahan, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemas, label dan keterangan produk, penyimpanan serta progam sanitasi. Penilaian penerapan GMP Good Manufacturing Practice dilakukan dengan pengamatan langsung di lapang dan melakukan check list terhadap kondisi aspek-aspek GMP di UKM Ahnaf Bakery kemudian dilakukan rekapitulasi secara rinci dan dihitung presentase penerapan setiap aspek GMP. Berikut merupakan contoh pengolahan gap analysis GMP aspek lokasi pada UKM Ahnaf Bakery Tabel 2. Analisis Kesenjangan GMP Aspek Lokasi Sumber Penelitian, 2022 Perhitungan persentase penerapan dari penjumlahan bobot adalah sebagai berikut. Diketahui ∑ Skor Tiap Parameter = 5 + 5 + 5 + 3 + 4 + 2 + 4 = 28 ∑ Skor Maksimal = Jumlah Parameter x Skor Maks = 7 x 5 = 35 Persentase Penerapan = 28 x 100% = 80% 35Berdasarkan hasil pengolahan data GAP analisis penerapan GMP di UKM Ahnaf Bakery, diperoleh rata-rata skor penerapan keseluruhan sebesar 62% atau termasuk dalam kategori Cukup memenuhi Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan GMP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik dan meningkatkan keefektifan penerapan program GMP. Berdasarkan hasil penelitian masih terdapat beberapa penyimpangan atau kesenjangan Lokasi pabrik tempat produksi jauh dari daerah lingkungan yang tercemar. Lokasi pabrik tempat produksi jauh dari tempat pembuangan sampah umum, limbah atau pemukiman penduduk kumuh. Pabrik tempat produksi berada di daerah bebas banjir. Lingkungan pabrik tempat produksi bersih dan bebas dari tumpukan sampah. Lingkungan pabrik tempat produksi bebas dari semak- semak atau daerah sarang hama. Lingkungan di luar bangunan pabrik yang terbuka tidak digunakan untuk kegiatan produksi. Kondisi jalan menuju pabrik tempat produksi yang baik. Total Skor 28/35 x 100% NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. pada penerapan beberapa parameter dari masing- masing aspek GMP. Dari hasil analisis GAP pada tabel 2 diketahui bahwa persentase pemenuhan penerapan tertinggi terdapat pada penerapan aspek bahan sebesar 88,89% yang artinya penerapan aspek laboratorium di UKM Ahnaf Bakery telah memenuhi persyaratan standar GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2010, sedangkan persentase pemenuhan penerapan terendah yaitu pada penerapan aspek Laboratorium sebesar 20% yang artinya penerapan aspek pelatihan di UKM Ahnaf Bakery sangat butuh perbaikan karena berbeda jauh dari persyaratan standar GMP dan meningkatkan keefektifan penerapan program GMP Analisis Kesenjangan GAP Analysis Penerapan Sanitation Standard Operating Procedures SSOP Penilaian penerapan Sanitation Standard Operational Procedures SSOP dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan melakukan check list terhadap kondisi aspek-aspek SSOP di UKM Ahnaf Bakery kemudian dilakukan rekapitulasi secara rinci dan dihitung presentase penerapan setiap aspek SSOP yang telah ditetapkan menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999. Tabel 4 menunjukkan pengolahan gap analysis SSOP aspek keamanan air pada UKM Ahnaf Bakery. Berdasarkan hasil pengolahan data GAP analisis penerapan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, diperoleh rata-rata skor penerapan keseluruhan sebesar 61,14% atau termasuk dalam kategori Cukup memenuhi Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan SSOP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999 dan meningkatkan keefektifan penerapan program SSOP. Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat beberapa penyimpangan atau kesenjangan pada penerapan beberapa parameter dari masing-masing aspek SSOP. Dari hasil analisis GAP pada tabel 3 diketahui bahwa persentase pemenuhan penerapan tertinggi terdapat pada penerapan aspek keamanan air sebesar 78% yang artinya penerapan aspek keamanan air di UKM Ahnaf Bakery telah memenuhi persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999, sedangkan persentase pemenuhan penerapan terendah yaitu pada penerapan aspek menjaga fasilitas cuci tangan, sanitasi tangan dan toilet sebesar 53,33% yang artinya penerapan aspek fasilitas sanitasi di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar SSOP dan meningkatkan keefektifan penerapan program SSOP. Tabel 3. Hasil Analisis GAP Penyimpangan Pada Penerapan GMP Ahnaf Bakery Aspek Good Manufacturing Practices GMP Label dan Keterangan Produk Pemeliharaan dan Program Sanitasi Dokumentasi dan Pencataan Rata-Rata Skor Penerapan Keseluruhan Sumber Penelitian, 2022 Penyusunan Hazard Analysis and Critical Control Point HACCP NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI UKM Ahnaf Bakery merupakan industri pangan dalam bidang bakery, maka sudah seharusnya Ahnaf Bakery menerapkan sistem HACCP, tetapi kenyataan dilapangan pihak perusahaan masih belum menerapkan sistem HACCP. Hal ini dikarenakan skala usaha yang masih berbentuk UKM Usaha Kecil Menengah, kendala sumber daya manusia dan kendala masalah pendanaan. Perusahaan masih belum menyiapkan pendanaan khusus untuk menjalankan sistem HACPP beserta persyaratan dasarnya GMP dan SSOP, sehingga penerapan masih terbatas dan kurang memenuhi. Untuk itu sebelum melakukan penyusunan HACCP Plan, penulis melakukan penilaian tujuh prinsip HACCP terlebih dahulu terhadap perusahaan UKM Ahnaf Bakery. Dari tujuh prinsip yang ada akan di nilai mana saja indikator/parameter yang telah diterapkan dan yang belum diterapkan, maka setelah dilakukan Checklist dapat diketahui nilai penerapan tujuh prinsip HACCP di UKM Ahnaf Bakery. Data ketidaksesuaian ini diperoleh dari hasil perhitungan penilaian dan disajikan pada Tabel 6. yang menggambarkan kondisi penerapan tujuh prinsip HACCP di UKM Ahnaf Bakery. Tabel 4. Analisis Kesenjangan Penerapan SSOP Ahnaf Bakery Aspek Keamanan Air Pemisahaan saluran air untuk kegiatan produksi dan non produksi. Pemisahaan saluran air bersih dan air tidak bersih. Pemeriksaan dan pemeliharaan maintenance terhadap kondisi instalasi dan kebocoran pipa distribusi air. Dilakukannya water treatment. Pemenuhan kualitas air yang digunakan untuk proses produksi dan mengalami kontak langsung dengan bahan pangan olahan sesuai persyaratan air minum atau air bersih. Pemenuhan kualitas air yang digunakan untuk pembersihan dan sanitasi dan untuk higiene personal sesuai persyaratan air bersih. Ketersediaan keamanan air pihak yang bertanggung jawab menjaga keamanan air Pemantauan terhadap kualitas air yang akan digunakan. Penerapan tindakan koreksi terhadap ketidaksesuaian mutu keamanan air, serta apabila terjadi koneksi silang. Ketersediaan rekaman terkait SSOP keamanan air. Total Skor 39/50 x 100% Sumber Penelitian, 2022 Perhitungan Persentase Penerapan SSOP Aspek Keamanan Air. ∑ Skor Tiap Parameter = 4 + 5 + 3 + 3 + 4 + 5 + 4 +4 + 4 + 1 = 39 ∑ Skor Maksimal = Jumlah Parameter x Skor Maks = 10 x 5 = 50Persentase Penerapan = 39 x 100% = 78% 50Tabel 5. Hasil Analisis GAP Penyimpangan Pada Penerapan SSOP Ahnaf Bakery Aspek Sanitation Standard Operating Procedures SSOP Kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan Pencegahan kontaminasi silang Menjaga Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi tangan dan toilet NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. Aspek Sanitation Standard Operating Procedures SSOP Pelabelan, Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Kimia yang Tepat Pengendalian Kesehatan Karyawan Rata-Rata Skor Penerapan Keseluruhan Sumber Penelitian, 2022 Tabel 6. Penilaian Penerapan Tujuh Prinsip HACCP UKM Ahnaf Bakery Prinsip 1 Analisis Bahaya Prinsip 2 Menentukan Critical Control Point CCP Sangat Kurang Memenuhi Berat Prinsip 4 Pemantauan CCP Sangat Kurang Memenuhi Berat Prinsip 5 Tindakan Koreksi Perbaikan Sangat Kurang Memenuhi Berat Prinsip 6 Prosedur Verifikasi Prinsip 7 Pencatatan dan Dokumentasi Sangat Kurang Memenuhi Berat Sumber Penelitian, 2022 Dari data dan keterangan hasil pengamatan penerapan tujuh prinsip HACCP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery diperoleh skor atau penilaian sebesar 34,4 % atau termasuk dalam kategori Sangat Kurang Memenuhi Berat. Dilihat dari penerapan HACCP di UKM Ahnaf Bakery yang termasuk pada kategori Sangat Kurang Memenuhi Berat dapat disimpulkan bahwa UKM Ahnaf Bakery masih banyak kekurangan dan ketidaksesuaian dengan ketentuan tujuh prinsip HACCP. Hal ini menunjukkan bahwa sistem manajemen HACCP dalam industri pangan berskala kecil menengah sangat perlu dilakukan pengembangan penerapannya ke arah lebih baik lagi. Penyusunan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP atau HACCP Plan mengacu pada tujuh prinsip HACCP dalam SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahan dan Pengendalian Titik Kritis BSN, 1998. Adapun langkah-langkah dalam menerapkan HACCP menurut Thaheer 1995 1. Pembentukan Tim HACCP Pembentukan tim HACCP merupakan tim yang bertujuan untuk menyusun HACCP dan memastikan sistem HACCP telah diterapkan dengan baik. Pembentukan tim HACCP di UKM Ahnaf Bakery belum terbentuk sehingga keinginan perusahaan untuk lebih meningkatkan keamanan pangan masih menghadapi kendala. Perkembangan yang terjadi di UKM Ahnaf Bakery, bahwa tim HACCP ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan HACCP di perusahaan. Oleh karena itu belum adanya tim HACCP di UKM Ahnaf Bakery merupakan hal yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dalam mewujudkan keamanan pangan roti yang diproduksi. 2. Deskripsi Produk Deskripsikan produk adalah membuat gambaran yang lengkap tentang produk yang dihasilkan. Informasi ini mencakup nama produk, komposisi produk, cara penyimpanan dan penyajian, tipe pengemasan, masa kadaluwarsa, cara penyimpanan dan cara distribusi Thaheer, 2005. Adanya pendeskripsian produk tersebut diharapkan penanganan terhadap produk dapat dikontrol dengan baik sehingga akan menghasilkan produk akhir yang aman pangan. Berikut deskripsi produk Roti UKM Ahnaf Bakery dilihat pada tabel 7. 3. Identifikasi Penggunaan Produk Tujuan penggunaan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi apakah produk tersebut dapat didistribusikan kepada semua populasi atau tidak. Menurut Winarno 2004 persyaratan pelanggan dimaksudkan untuk memberikan informasi spesifitas produk dapat didistribusikan kepada semua populasi atau hanya pada populasi yang sensitif seperti balita, manula, orang cacat, orang sakit arau lain-lain. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya efek bahaya yang tidak diinginkan akibat kesalahan dalam mengkonsumsi produk, sehingga konsumen merasa aman dalam mengkonsumsi produk tersebut. Persyaratan pelanggan yang ditetapkan oleh UKM Ahnaf Bakery untuk produk roti Ahnaf Bakery adalah untuk semua usia. Cara penyajian produk roti ini yaitu ready to eat atau langsung dikonsumsi. 4. Penyusunan Diagram Alir Produk Diagram alir harus meliputi tahap-tahap dalam proses secara jelas mengenai rincian seluruh kegiatan proses produksi. Berikut pada gambar 2 merupakan diagram alir proses produksi roti Ahnaf Bakery. 5. Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahan Identifikasi bahaya dilakukan dengan mendaftar semua bahaya potensial yang terkait pada setiap tahap dan sedapat mungkin mengidentifikasi tindakan pencegahannya. Terdapat beberapa jenis bahaya dalam proses produksi yang dapat mempengaruhi secara negatif atau membahayakan konsumen, yaitu bahaya biologis, bahaya kimia, dan bahaya fisik. Tindakan pencegahan untuk setiap potensi bahaya adalah semua kegiatan dan NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI aktivitas yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahaya atau memperkecil pengaruhnya atau keberadaan sampai pada tingkat yang dapat diterima Pierson dan Corlett, 1992. Analisa bahaya yang dilakukan terhadap produksi roti pada UKM Ahnaf Bakery serta tindakan pencegahannya dapat dilihat pada tabel 8 Gambar 2. Diagram Alir UKM Ahnaf Bakery 6. Penetapan Critical Control Point/CCP Critical Control Point adalah suatu titik, tahap, proses atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima Muhandri, 2008. Untuk setiap bahaya yang signifikan maka harus ditetapkan apakah suatu Titik Kendali Kritis atau bukan. Titik kendali kritis adalah suatu tahap atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima sehingga resiko dapat diminimalkan. Untuk membantu menemukan dimana seharusnya CCP yang benar, dapat digunakan Diagram Pohon Keputusan CCP CCP Decision Tree. Diagram pohon keputusan adalah seri pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari setiap pertanyaan akan memfasilitasi dan membawa Tim HACCP secara logis memutuskan apakah CCP atau bukan. Gambar 3. Diagram Pohon Penentuan CCP Tabel 8. Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahan Penerimaan Bahan Baku Kering tepung terigu, ragi, gula, garam, susu dan BTP Biologi Mikroba perusak amilolitik Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat dan monitoring kondisi ruangan Kimia cemaran logam berat Pb, Hg, Cu Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan melakukan pengujian eksternal Fisika Kerikil, debu, kotoran Kontaminasi dari pihak supplier dan penyimpanan Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat Penerimaan bahan Lemak minyak, margarin, shortening Biologi Mikroba lipolitik Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat Kimia cemaran logam berat Pb, Hg, Cu Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan melakukan pengujian eksternal Kontaminasi dari pihak supplier dan Penyimpanan Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat dan monitoring kondisi ruangan Biologi Bakteri Salmonella Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan pemilihan supplier dengan tepat Biologi Bakteri Salmonella Adanya kontaminasi bakteri dari alat dan karyawan Memperhatikan sanitasi dan hiegine karyawan, NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. menjaga kebersihan alat dan penerapan GMP-SSOP Fisika debu, kotoran, benda asing Adanya kontaminasi dari timbangan Pemeliharaan dan pembersihan alat sebelum digunakan Biologi Bakteri Salmonella, koliform Adanya kontaminasi bakteri dari alat dan karyawan Memperhatikan sanitasi dan hiegine karyawan, menjaga kebersihan alat dan penerapan GMP-SSOP Sumber Penelitian, 2022 Tabel 9. Penetapan CCP UKM Ahnaf Bakery Penerimaan Bahan Baku Kering Biologi Mikroba perusak amilolitik Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat dan monitoring kondisi ruangan Walaupun terdapat beragam mikoorganisme tetapi akan mati pada saat proses pemanasan oven Kimia cemaran logam berat Pb, Hg, Cu Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan melakukan pengujian eksternal Adanya jaminan dari supplier dan BPOM jika kandungan logam berat dibawah standar Fisika Kerikil, debu, kotoran Kontaminasi dari pihak supplier dan penyimpanan Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat Adanya peluang kontaminasi yang besar, jika tidak adanya tindakan pencegahan lanjutan yang dilakukan Biologi Mikroba lipolitik Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat Walaupun terdapat beragam mikoorganisme tetapi akan mati pada saat proses pemanasan oven Kimia cemaran logam berat Pb, Hg, Cu Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan melakukan pengujian eksternal Adanya jaminan dari supplier dan BPOM jika kandungan logam berat dibawah standar Kontaminasi dari pihak supplier dan Penyimpanan Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat dan monitoring kondisi ruangan Adanya peluang kontaminasi yang besar, jika tidak adanya tindakan pencegahan lanjutan yang dilakukan Sumber Penelitian, 2022 7. Penetapan Batas Kritis Langkah berikutnya dalam pengembangan rencana sistem HACCP adalah untuk menetapkan batas kritis untuk setiap titik kendali kritis CCP. Batas kritis adalah nilai maksimum atau minimum yang biologis, kimia, atau parameter fisik harus dikendalikan pada CCP untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi ke tingkat yang dapat diterima sehingga dapat mencegah terjadinya bahaya keamanan pangan. Batas kritis tersebut berfungsi memisahkan antara kondisi yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Penentuan batas kritis dapat dilihat pada tabel 10. 8. Penetapan Tindakan Pemantauan Batas kritis berupa bahaya biologi, kimia dan fisik pada setiap titik kendali kritis harus dipantau. Menurut ICMSF 1998 pemantauan merupakan kegiatan pemeriksaan apakah prosedur pengolahan atau penanganan pada CCP berada di bawah kendali. Pemantauan dilakukan dengan cara visual dan pengecekan untuk memastikan batas kritis dalam kendali. Sebelum monitoring dilakukan, harus ditetapkan lima hal yaitu apa yang akan dimonitor what, siapa yang memonitor who, kapan akan dilakukan monitoring when, dan bagaimana cara memonitor how. Pemantauan dilakukan oleh manajer NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI produksi/QC atau karyawan yang berwewenang untuk mengambil keputusan dalam mengontrol proses produksi. Pemantauan yang dilakukan pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery berupa pemantauan visual untuk kebersihan bahan baku, ruang dan peralatan produksi. Untuk ke depannya pemantauan terhadap produksi roti perlu ditingkatkan dengan melakukan pemantauan secara laboratorium melalui uji organoleptik, pengukuran fisik terhadap suhu dan waktu, uji kimia dan uji mikrobiologi pada bahan baku, bahan tambahan pangan serta produk akhir. Tindakan pemantauan monitoring CCP pada produksi roti dapat dilihat pada tabel HACCP plan tabel 11. Tabel 10. Penentuan Batas Kritis Biologi Mikroba perusak amilolitik a Kualitas bahan baku dalam kondisi baik dan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme b Adanya jaminan keamanan dari supplier bahan baku Kimia logam berat Pb, Hg, Cu Fisika Kerikil, debu, kotoran 9. Penetapan Tindakan Koreksi Tindakan koreksi adalah setiap tindakan yang harus diambil jika hasil pemantauan pada CCP menunjukkan adanya kehilangan kontrol. Tindakan koreksi dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan batas kritis pada setiap tahapan proses produksi. Tindakan koreksi harus dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya yang timbul hingga tingkatan yang dapat ditoleransi atau diizinkan. Jika penyimpangan tersebut menimbulkan bahaya yang membahayakan bagi kesehatan konsumen dan tidak dapat ditoleransi maka produk harus di musnahkan dan tahap proses berikutnya tidak dapat dilanjutkan. 10. Membuat Proses Verifikasi Kegiatan verifikasi terhadap CCP dilakukan untuk menjaga agar kegiatan pengendalian dan pemantauan CCP dapat berjalan normal dan harus spesifik pada tiap CCP. Kegiatan verifikasi harus dapat menjamin bahwa sistem pada CCP dapat kembali berjalan normal. Kegiatan verifikasi terdiri dari empat jenis kegiatan yaitu validasi HACCP, meninjau hasil pemantauan, pengujian produk dan auditing. Frekuensi verifikasi harus dilakukan secukupnya untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif. Tindakan verifikasi pada beberapa titik kendali kritis CCP di UKM Ahnaf Bakery yaitu dengan melakukan review hasil audit internal GMP-SSOP. Review ini dilakukan untuk melihat apakah proses yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan GMP-SSOP yang termasuk dalam rencana HACCP GMP termasuk persyaratan dasar sistem HACCP. Selain itu tindakan verifikasi lainnya adalah pemeriksaan ulang suhu dan waktu pada proses pengovenan dan pemeriksaan visual terhadap para karyawan pada saat proses pengemasan roti. 11. Dokumentasi dan Pencatatan Dokumen atau Rekaman Data adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah dilakukan. Dokumen disusun dengan menggunakan formulir. Dokumen tersebut dapat digunakan untuk keperluan inspeksi dan untuk mempelajari kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan dan menemukan tindakan koreksi yang sesuai. Jenis Dokumen Rekaman Data yang harus ada dalam penyusunan rencana HACCP adalah Rencana HACCP dan semua materi pendukungnya, Dokumen Pemantauan, Dokumen Tindakan Koreksi dan Dokumen Verifikasi. Dengan telah disusunnya sistem dokumentasi, maka selesailah penyusunan rencana HACCP. Rencana HACCP dapat berubah jika terjadi perubahan pada bahan baku, tata letak pabrik, penggantian peralatan, perubahan program pembersihan/sanitasi, penerapan prosedur-prosedur baru, perubahan kelompok konsumen produk dan adanya informasi baru tentang suatu bahaya. Penetapan CCP, penentuan batas kritis, penetapan prosedur monitoring, penetapan tindakan koreksi, penentuan prosedur verifikasi dan dokumentasi yang baik selanjutnya di tuangkan dalam tabel HACCP Plan. Berikut merupakan tabel HACCP Plan untuk produksi roti pada UKM Ahnaf Bakery dapat dilihat pada Tabel 11. Perumusan Rekomendasi Alternatif Strategi Perbaikan Pengendalian Kualitas Menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP Metode AHP merupakan suatu metode yang dapat membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna menggabungkan kekuatan dari perasaaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat Saaty, 1993. Berikut ini merupakan tahapan dalam perumusan alternatif strategi pengendalian kualitas menggunakan metode AHP dengan bantuan program Software Criterium Decision Plus Student Version a. Penyusunan Hirarki Hierarki keputusan disusun dengan menyesuaikan hierarki awal dengan pendapat para pakar. Secara umum, struktur hierarki tersebut terdiri dari lima level yaitu fokus merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan, faktor merupakan hal yang mempengaruhi tujuan akhir/fokus, aktor merupakan pelaku yang berperan mempengaruhi faktor, objektif merupakan tujuan yang ingin dicapai dari setiap aktor, serta pemilihan alternative strategi yang dapat dilakukan Saaty,2003. Hasil pengolahan Struktur Hierarki dapat dilihat pada gambar 4. NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. Gambar 4. Struktur Hierarki Penentuan Alternatif Strategi Tabel 11. HACCP Plan UKM Ahnaf Bakery -Kualitas bahan baku dalam kondisi baik dan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme -Adanya jaminan keamanan dari supplier bahan baku Seluruh bahan baku kering dan Jaminan keamanan supplier Melakukan pemeriksaan visual dan memeriksa jaminan supplier Karyawan yang menerima bahan baku Mengganti bahan baku dan melakukan komplain kepada supplier Review Form penerimaan setiap bulan Dokumen penerimaan bahan baku -Kualitas bahan baku dalam kondisi baik dan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme -Adanya jaminan keamanan dari supplier bahan baku Seluruh bahan baku kering dan Jaminan keamanan supplier Melakukan pemeriksaan visual dan memeriksa jaminan supplier Karyawan yang menerima bahan baku Mengganti bahan baku dan melakukan komplain kepada supplier Review Form penerimaan setiap bulan Dokumen penerimaan bahan baku -Suhu pengovenan 180-2000 C -Waktu pemanggangan 30-45 Menit -Kondisi oven dalam keadaan bersih sebelum digunakan Suhu, waktu pengovenan serta kondisi oven Memeriksa suhu, waktu dan kondisi oven secara visual dan mengatur waktu dengan stopwatch Karyawan proses pengovenan Menambah suhu dan waktu jika berada dibawah batas kritis, membersihkan oven sebelum digunakan Review pencatatan suhu dan waktu pengovenan serta kondisi oven Dokumen laporan tindakan koreksi dan laporan proses pengovenan -Ruang pendingin tidak terdapat hama dan dalam kondisi bersih -Suhu ruang 20-250C Roti yang sudah matang dan batas kritis Memeriksa suhu ruangan dan kondisi ruangan dalam keadaan Saat pembersihan dan pemeriksaan ruangaPemeriksaan ulang oleh Pemilik dan Karyawan apabila belum sesuai Review hasil audit internal GMP-SSOP NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI -Standar waktu pendinginan selama 1-2 jam bersih, pembersihan ruangan secara rutin -Kebersihan karyawan dengan sanitasi SSOP -Kebersihan peralatan wadah dan mesin yang digunakan sesuai GMP-SSOP Proses Pembuatan Krim dan batas kritis Memeriksa kebersihan peralatan sebelum digunakan, memeriksa sanitasi karyawan Karyawan yang membuat Krim Selama proses pembuatan krim Pemeriksaan ulang apabila belum sesuai standar GMP dan SSOP, teguran kepada yang tidak hiegine Review hasil audit internal GMP-SSOP -Tidak ada hama seperti semut, tikus, atau lalat -Suhu ruangan 20-250C -Ruang penyimpanan dalam kondisi bersih Krim yang siap digunakan dan batas kritis Memeriksa suhu dan kebersihan ruangan bebas dari hama, membersihkan ruangan secara rutin Selama pemeriksaan dan pembersihan ruangan penyimpanan sebelum digunakan Pemeriksaan ulang oleh Pemilik dan Karyawan apabila belum sesuai standar GMP dan SSOP Review hasil audit internal GMP-SSOP Pemberian Toping dan Krim -Kebersihan karyawan dengan sanitasi GMP -Kebersihan peralatan wadah yang digunakan sesuai GMP-SSOP Roti yang akan diberi isian dan topping, batas kritis Memeriksa kebersihan peralatan sebelum digunakan, memeriksa sanitasi karyawan Tempat pemberian toping dan krim Selama proses pemberian toping dan krim Teguran kepada karyawan yang tidak melakukan sanitasi hiegine Review Form Sanitasi Karyawan Dokumentasi Sanitasi Karyawan -Ruang pengemasan tidak terdapat hama dan bersih - Sanitasi sesuai GMP -Produk dikemas dengan rapat Roti yang akan dikemas, telah dikemas dan batas kritis Memeriksa suhu, kebersihan dan membersihkan ruangan sebelum digunakan, memeriksa sanitasi karyawan Pemeriksaan ulang apabila belum sesuai standar GMP -SSOP, teguran kepada karyawan yang tidak melakukan sanitasi hiegine Review hasil audit internal GMP-SSOP -Tidak ada hama seperti semut, tikus, kecoa atau lalat -Suhu ruangan 20-250C -Ruang penyimpanan bersih Seluruh produk akhir dan batas kritis Memeriksa suhu dan kebersihan ruangan bebas dari hama, membersihkan ruangan secara rutin Ruang Penyimpanan Produk Akhir Selama pemeriksaan dan pembersihan ruangan penyimpanan sebeluPemeriksaan ulang oleh Pemilik dan Karyawan apabila belum sesuai standar GMP dan SSOP Review hasil audit internal GMP-SSOP NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. Sumber Penelitian, 2022 b. Penilaian Tingkat Skala Kepentingan Untuk menentukan prioritas digunakan metode perbandingan berpasangan pairwise comparison dengan 1-9 skala penilaian untuk setiap kriteria maupun setiap alternatif berdasarkan kriteria. Penilaian terhadap alternatif dilakukan melalui proses yang sama seperti pada Penilaian terhadap Kriteria dengan CDP kemudian memasukkan data pembobotan setiap kriteria pada masing – masing alternatif. Gambar 5. AHP Rating Full Pairwise Method Penentuan Strategi Alternatif c. Hasil Akhir Hasil akhir dari penentuan alternatif strategi pengendalian kualitas proses produksi roti pada UKM Ahnaf Bakery berdasarkan metode AHP pada hasil Decision Score didapatkan untuk prioritas pertama adalah penerapan GMP, SSOP dan HACCP dengan bobot 0,233, yang kedua meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan dengan bobot 0,219. Selanjutnya untuk prioritas ketiga adalah meningkatkan pengawasan bahan baku dengan bobot 0,212, prioritas ke empat pemeliharaan mesin dan alat dengan bobot sebesar 0,211 dan prioritas terakhir adalah meningkatkan pengawasan dan pengendalian produksi dengan bobot 0,125. Gambar 6. Hasil Decision Score Penentuan Strategi Alternatif KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang sudah dilakukan mengenai Analisis Pengendalian Kualitas Produk Roti menggunakan Metode Good Manufacturing Practices GMP dan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP pada UKM Ahnaf Bakery, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Didapatkan hasil pengolahan data GAP analisis penerapan GMP di UKM Ahnaf Bakery, diperoleh rata-rata skor penerapan keseluruhan sebesar 62% atau termasuk dalam kategori Cukup memenuhi Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan GMP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75/M-IND/PER/7/2010. Sedangkan untuk hasil pengolahan data GAP analisis penerapan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, diperoleh rata-rata skor penerapan keseluruhan sebesar 61,14% atau termasuk dalam kategori Cukup memenuhi Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan SSOP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999. Persentase pemenuhan penerapan tertinggi terdapat pada penerapan aspek keamanan air sebesar 78% dan penerapan terendah yaitu pada penerapan aspek menjaga fasilitas cuci tangan, sanitasi tangan dan toilet sebesar 53,33%. 2. Berdasarkan analisa bahaya untuk menentukan titik kendali kritis CCP menggunakan konsep HACCP pada proses pembuatan roti di UKM Ahnaf Bakery didapatkan sembilan tahapan proses pembuatan roti yang dianggap sebagai CCP yaitu proses penerimaan bahan kering, penerimaan bahan lemak, pengovenan roti, pendinginan roti, pembuatan krim, penyimpanan krim, pemberian krim dan toping, pengemasan dan penyimpanan produk akhir karena tahapan ini dirancang khusus untuk mengurangi bahaya dan tahapan selanjutnya tidak dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan sampai batas yang tidak terkendali. Berdasarkan hasil perumusan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas yang dilakukan NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI menggunakan metode Analytical Hierarchy Process AHP dengan bantuan Software Criterium Decision Plus Student Version didapatkan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas produk roti pada UKM Ahnaf Bakery antara lain penerapan aplikasi GMP, SSOP dan HACCP, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, meningkatkan pengawasan mutu bahan baku, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian kinerja produksi DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. 2016. Manajemen Operasi Produksi Edisi 3. Jakarta Raja Grafindo Persada. Badan Standarisasi Nasional BSN. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP Serta Pedoman Penerapannya. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-4852-1998. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik Good Manufacturing Practices Nomor 75/M-IND/PER/7/2010. Laelasari, E. 2015. Islam dan Keamanan Pangan. Jakarta UIN Press. Rauf, R. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta Graha Ilmu. Surono, Ingrid, Agus Sudibyom Priyo Waspodo. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan. Jakarta Deepublis. Surono, I. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan. Jakarta Deepublis. Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP Hazard Analysis Critical Control Point. Jakarta PT. Bumi Aksara. Sutresni, N. Mahendra. 2016. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP Pada Proses Pengolahan Produk Ikan Tuna Beku di Unit Pengolahan Ikan Pelabuhan Benoa – Bali. Jurnal Echotropic. 10 1 41-45. Meilan Agustin. 2016. Penerapan Good Manufacturing Practices GMP Pada Usaha Pembuatan Bawang Goreng Studi Kasus Pada IKM Jakarta Pusat. Jurnal Teknik 37- 46. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Sutresni Made Sudiana MahendraI Wayan Redi AryantaSistem manajemen mutu dan kemanan pangan yang diterapkan saat ini adalah HACCP Hazard Analysis Critical Control Point.Faktor penunjang yang menjadi pra-syarat keefektifan penerapan HACCP sebagai sebuah sistem pengendalian mutu adalah terpenuhinya persyaratan kelayakan dasar GMP dan SSOP.Untuk itu perlu diketahui tingkat penerapan kelayakan dasar GMP dan SSOP, tingkat penerapan HACCP serta strategi penerapan ini dilakukan dengan metode cross sectional. untuk mengetahui tingkat penerapan kelayakan dasar GMP dan SSOP serta tingkat penerapan HACCP adalah berdasarkan pada jumlah penyimpangan minor, mayor, serius dan strategi penerapan HACCP dengan menggunakan matrik analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan kelayakan dasar dan tingkat penerapan HACCP pada 15 unit pengolahan ikan yaitu, terdapat 9 unit pengolahan ikan dengan klasifikasi tingkat A baik sekali dan 6 unit pengolahan ikan dengan klasifikasi tingkat B baik.Strategi penerapan HACCP pada proses pengolahan produk ikan tuna beku di unit pengolahan ikan Pelabuhan Benoa-Bali yaitu strategi untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan serta kualitas lingkungan di lokasi penelitian. Artinya unit pengolahan ikan dilokasi penelitian harus menjaga dan mempertahankan posisi yang berada dalam kondisi yang baik serta melakukan perbaikan-perbaikan internal, baik yang menyangkut bidang produksi, kelembagaan serta pengelolaan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa unit pengolahan ikan pada lokasi penelitian di Pelabuhan Benoa telah menerapkan kelayakan dasar GMP dan SSOP serta penerapan HACCP dengan baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk jaminan mutu dan keamanan pangan serta kualitas lingkungan perairan pantai di Pelabuhan Operasi Produksi Edisi 3. Jakarta Raja Grafindo PersadaS AssauriAssauri, S. 2016. Manajemen Operasi Produksi Edisi 3. Jakarta Raja Grafindo Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP Serta Pedoman Penerapannya. Standar Nasional IndonesiaNasional Badan StandarisasiBadan Standarisasi Nasional BSN. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP Serta Pedoman Penerapannya. Standar Nasional Indonesia. SNI Keamanan Pangan Untuk Industri PanganIngrid SuronoAgus Sudibyom PriyoWaspodoSurono, Ingrid, Agus Sudibyom Priyo Waspodo. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan. Jakarta Keamanan Pangan Untuk Industri PanganI SuronoSurono, I. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan. Jakarta Manajemen HACCP Hazard Analysis Critical Control PointH ThaheerThaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP Hazard Analysis Critical Control Point. Jakarta PT. Bumi Good Manufacturing Practices GMP Pada Usaha Pembuatan Bawang Goreng Studi Kasus Pada IKM Jakarta PusatMeilan AgustinMeilan Agustin. 2016. Penerapan Good Manufacturing Practices GMP Pada Usaha Pembuatan Bawang Goreng Studi Kasus Pada IKM Jakarta Pusat. Jurnal Teknik 37-46.
sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti
6 Bahaya Kebakaran. Kebakaran dapat terjadi saat mengelas jika lingkungan tempat kita melakukan pengelasan terdapat minyak, kayu, kertas dan bahan yang mudah terbakar. Percikan pada lasan yang mengenai material material tersebut akan menyebabkan kebakaran, sehingga pastikan tempat Anda mengelas aman dari material yang mudah terbakar. 7. Inilah sebutkan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti dan ulasan menarik lainnya seputar kesehatan dan keselamatan kerja K3 ditinjau dari semua aspek K3 di Indonesia.…senasib sepenanggungan bagi rekan-rekan semua akan menyampaikan pesan-pesan keselamatan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya yang selalu mengintai ditempat kerja dan bagaimana cara mengatasinya. Bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja ada bermacam-macam, bahaya-bahaya……debu kain floating fiber. Sumber bahaya lain adalah permasalahan ergonomi seperti lamanya waktu kerja duduk dan berdiri pengulangan gerakan kerja dan lainnya. Cvetko Z. Trajković, dkk, juga menunjukkan sumber-sumber bahaya……risiko kebakaran. Setelah mengidentifikasi bahaya kebakaran, yang paling berbahaya harus ditangani terlebih dahulu sebelum yang kurang destruktif. Selain membuat anggota staf baik informasi tentang rute melarikan diri dan kebakaran perangkat…Sebuah poster kesehatan dan keselamatan kerja k3 adalah sebuah poster yang menjelaskan aturan atau memberikan saran yang dirancang untuk membuat orang keluar dari bahaya di tempat kerja seperti kantor, pabrik,……unsur Safety Hazard dan Health Hazard. Safety Hazard berkaitan dengan Bahaya mekanik, elektrik, kinetik, dan tekanan. Sedangkan Healh Hazard berkaitan dengan Bahaya Fisika, Kimia, Biologi, Psikologi dan Ergonomi. Semua aktivitas……mereka gunakan. 4 Untuk mengetahui pemeliharaan daftar semua kecelakaan, bahaya ringan dan bahaya serius. 5 Dalam rangka untuk mencari reaksi perusahaan terhadap, kecelakaan dan pemberian kompensasi. 6 Untuk menemukan penyebab……begitu kita bisa memahami potensi-potensi bahaya apa saja yang mungkin ditimbulkan dari pekerjaan kita. Jika kita mengetahui itu semua, maka kita bisa meminimalisir bahkan menghilangkan potensi bahaya yang ada dari… Pengadukanyang tepat. Pengadukan bahan juga kerap luput saat pembuatan roti. Pengadukan yang tepat dibutuhkan untuk menghasilkan roti yang bagus. Bahan roti harus diaduk hingga kalis. Cirinya bahan akan terlihat mengkilat, jika ditarik membentuk membran tipis dan adonan menyatu sempurna. 4. Pengembangan adonan. sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti - Selamat datang di situs kami. Pada saat ini admin akan membahas tentang sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan and travel, Jual tiket promo, Jasa antar jemput, Rental mobil from beberapa ulasan artikel tentang bahaya di pabrik pembuatan roti yang dapat anda jadikan referensi untuk mengetahui lebih jauh mengenai bahaya di pabrik pembuatan roti. Dalam kesempatan ini akan di bahas 2 hal besar major yang sering kali terjadi di industri roti yaitu penggunaan bahan baku dan proses produksi. Untuk membangun sebuah pabrik roti kelas kecil usaha rumah tangga ada 4 poin penting yang mesti anda pikirkan, yaitu penentuan jenis roti yang akan diproduksi, pembuatan tempat produksi yang memenuhi standard kesehatan, peralatan produksi higienis, dan jangkauan atau target pemasaran. sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan Kemungkinan Bahaya Yang Akan Terjadi Di Pabrik Pembuatan RotiKelayakan pabrik sabun mandi cair dari minyak goreng bekas dapat dilihat dari beberapa faktor berikut ini. Jenna thornton selaku juru bicara perusahaan tersebut, mengatakan bahwa perusahaan mengalami kekurangan untuk beberapa produknya. Temperatur oven sangat menentukan kualitas akhir dari roti yang dibuat. Kedua orangtua, kakak serta keluarga tercinta, terimakasih selama ini Laporan itu datang di tengah maraknya fenomena. sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan baku raw material, keseimbangan formula resep dan proses oven sangat menentukan kualitas akhir dari roti yang dibuat. Jenna thornton selaku juru bicara perusahaan tersebut, mengatakan bahwa perusahaan mengalami kekurangan untuk beberapa produknya. Untuk membangun sebuah pabrik roti kelas kecil usaha rumah tangga ada 4 poin penting yang mesti anda pikirkan, yaitu penentuan jenis roti yang akan diproduksi, pembuatan tempat produksi yang memenuhi standard kesehatan, peralatan produksi higienis, dan jangkauan atau target staff dan karyawan di perusahaan roti ganep’s yang tidak bapak dan ibu dosen manajemen bisnis yang telah membimbing beberapa ulasan artikel tentang bahaya di pabrik pembuatan roti yang dapat anda jadikan referensi untuk mengetahui lebih jauh mengenai bahaya di pabrik pembuatan roti. Anda juga dapat melakukannya dengan membuat uap air dan pastikan proses ini dilakukan dengan benar, karena akan menentukan hasil akhir dari roti. Thai korean japanese hindi turkish polish portuguese dutch italian latin german norwegian russian spanish french czech swedish croatian finnish yang dikerjakan itu seringkali mempunyai resiko serta dampak pada keselamatan yang mungkin terjadi di mesin transisi dan pusat listrik. Debu bahaya kimia yang ada di pabrik roti kurnia mandiri yaitu debu dimana ketika pekerja menunangkan terigu pada mixer ukuran besar akan ada debu yang dihasilkan dan akan mengganggu pernapasan, jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan penyakit ispa bila tidak ditangani dengan baik. Bapak yogi selaku hrd perusahaan roti ganep’s yang telah memberikan ijin kepada kami untuk melakukan magang itu datang di tengah maraknya produksi kapasitas produksi sabun yang digunakan di pabrik ini berdasar pada kebutuhan sabun cair di beberapa kota besar di jawa. Inilah sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti dan hal lain yang berhubungan erat dengan sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti serta aspek k3 secara umum di indonesia. Topik k3 lainnya yang bisa anda pelajari adalah contoh komunikasi vertikal, contoh buku laporan harian satpam, prosedur k3 yang berlaku di industri,.Mari kita simak penjelasan keempat poin tersebut!Untuk menghasilkan produk roti dengan kualitas yang baik, tahap pertama yang harus dilakukan adalah memilih bahan baku yang baik. Kedua orangtua, kakak serta keluarga tercinta, terimakasih selama ini Supaya pengembangan adonan agar mencapai bentuk dan kualitas yang itulah pembahasan tentang sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti yang bisa kami sampaikan. Terima kasih sudah pernah berkunjung di website kami. agar tulisan yg awak selidik diatas memberikan untung jatah pembaca dan meluap orang yang sudah berkunjung pada website ini. beta berharap desakan mulai semua pihak bagi ekspansi website ini agar lebih apik lagi.
Ղሔσоջу иβотиሸուΨиղու ощ ипሣхև
ሽсвըнուղаս иζιкፋյոхቩдዌጭ ኹолуሔ խщоዮኣслу
Клጮթօ ፏ йըчաслቤсваАсαктω ռиклαρеտ
Еռοջефо ուлоሁωηΨ свሕс
Inilahsebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi dipabrik pembuatan roti dan hal lain yang berhubungan erat dengan sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi dipabrik pembuatan roti serta aspek K3 secara umum di Indonesia. Training Pelatihan dan Sertifikasi Ahli K3 Listrik di Jantho - Aceh Besar
0% found this document useful 1 vote2K views17 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 1 vote2K views17 pagesIdentifikasi Bahaya Di Pabrik Roti Kurnia MandiriJump to Page You are on page 1of 17 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 15 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
SebutkanKemungkinan Bahaya Yang Akan Terjadi Di Pabrik . sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti. Apa Fungsi dari Poster K3? Mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi dalam tambang. Lebih memahami potensi bahaya yang mungkin terjadi di dalam wilayah tambang dan memahami bagaimana cara mengatasinya Inilah bahaya di pabrik pembuatan roti dan ulasan menarik lainnya seputar kesehatan dan keselamatan kerja K3 ditinjau dari semua aspek K3 di Indonesia.…senasib sepenanggungan bagi rekan-rekan semua akan menyampaikan pesan-pesan keselamatan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya yang selalu mengintai ditempat kerja dan bagaimana cara mengatasinya. Bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja ada bermacam-macam, bahaya-bahaya……debu kain floating fiber. Sumber bahaya lain adalah permasalahan ergonomi seperti lamanya waktu kerja duduk dan berdiri pengulangan gerakan kerja dan lainnya. Cvetko Z. Trajković, dkk, juga menunjukkan sumber-sumber bahaya……risiko kebakaran. Setelah mengidentifikasi bahaya kebakaran, yang paling berbahaya harus ditangani terlebih dahulu sebelum yang kurang destruktif. Selain membuat anggota staf baik informasi tentang rute melarikan diri dan kebakaran perangkat…Sebuah poster kesehatan dan keselamatan kerja k3 adalah sebuah poster yang menjelaskan aturan atau memberikan saran yang dirancang untuk membuat orang keluar dari bahaya di tempat kerja seperti kantor, pabrik,……unsur Safety Hazard dan Health Hazard. Safety Hazard berkaitan dengan Bahaya mekanik, elektrik, kinetik, dan tekanan. Sedangkan Healh Hazard berkaitan dengan Bahaya Fisika, Kimia, Biologi, Psikologi dan Ergonomi. Semua aktivitas……mereka gunakan. 4 Untuk mengetahui pemeliharaan daftar semua kecelakaan, bahaya ringan dan bahaya serius. 5 Dalam rangka untuk mencari reaksi perusahaan terhadap, kecelakaan dan pemberian kompensasi. 6 Untuk menemukan penyebab……begitu kita bisa memahami potensi-potensi bahaya apa saja yang mungkin ditimbulkan dari pekerjaan kita. Jika kita mengetahui itu semua, maka kita bisa meminimalisir bahkan menghilangkan potensi bahaya yang ada dari…
  1. ማузв ጷслус упεшቺнማ
    1. Чунበን ι
    2. Ըգըναхօс арсωкըλа иվеνиτ
  2. Եтр ըχиրаզ
yang terkait dengan aktifitasnya seperti jasa konstruktsi,manufaktur ,industry kimia.transportasi,migas,dan lainnya. Kebijakan K3 yang telah ditetapkan manajemen.program K3 harus sejalan dengan kebijakan K3 organisasi. Rekaman kejadian atau kecelakaan yang pernah terjadi 404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /Top/membuat-web-yang-menghasilkan-uang-2996070" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text Organisasiharus menentukanmetoda indentifikasi bahaya yang akan di alakuakan dengan memprtimbangkan beberapa aspek anatara lain: 1. Lingkup identifikasi bahaya yang di lakukan ,misalanya meliputi seluruh bagian,proses atau peralatan

Nama Galih Rema Rianto Kelas 2IC06 NPM 22416959 18 November 2017 TUGAS AMDAL DAMPAK INDUSTRI PABRIK ROTI TERHADAP LINGKUNGAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas softskill , pengetahuan tentang dampak perindustrian sebuah pabrik roti terhadap lingkungan sekitar. Dimana sekarang ini sebenarnya sudah lumayan banyak perindustrian roti rumahan ataupun pabrik. Tentu dengan adanya usaha tersebut dapat mengurangi jumlah pengangguran di Lingkungan sekitar pabrik tersebut. Dalam tugas pembuatan makalah ini, kami memilih dampak Pabrik roti terhadap lingkungan sekitar karena dalam pandangan kami, sebuah pabrik roti selain menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan, pasti mempunyai dampak negatifnya pula untuk masyarakat. Dimana sebuah perindustrian pasti akan menghasilkan limbah ataupun polusi baik suara ataupun udara. Tujuan Penulisan Sebagai pengetahuan macam-macam dampak positif ataupun positif dari sebuah Perindustrian. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek dampak negatif dan positif suatu perindustrian. BAB II LANDASAN TEORI Dampak Industri Terhadap Lingkungan Dampak Positif Pembangunan dan perkembangan industri mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan di berbagai aspek sosial ekonomi masyarakat, perubahan tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, perubahan jumlah kesempatan, perubahan tingkat pendapatan, dan perubahan jumlah sarana dan prasarana. Perubahan-perubahan tersebut kemudian menimbulkan dampak positif maupun negative. Dampak positif pembangunan industri merupakan kondisi perubahan dalam masyarakat akibat adanya pembangunan industri yang memberikan keuntungan meningkat baik langsung maupun tidak langsung dari kondisi sebelumnya. Penciptaan Peluang Usaha dan Pekerjaan Kehadiran industri membawa pengaruh terhadap mata pencaharian penduduk, dimana sebelum adanya industri sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian lagi terbagi dalam beberapa mata pencaharian tertentu saja seperti buruh industri batu bara dan sebagainya. Dengan dibangun dan berkembangnya industri masyarakat mempunyai peluang usaha yang lebih luas. Sektor pekerjaan lain yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah usaha berdagang, misalnya masyarakat asli desa membangun warung-warung kecil di rumah yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, selain lebih ekonomis juga mudah untuk di jangkau1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Bertambahnya jumlah sarana dan prasarana setelah berkembangnya industri telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas masyarakat sebelum berkembang industri lebih banyak dilakukan untuk pergi ke sawah, atau ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menjual hasil pertaniannya, namun saat ini masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbagai kegiatan dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai baik yang disediakan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah. Walaupun ketersediaan sarana dan prasarana tersebut belum semua dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat khususnya yang memerlukan pengeluaran biaya besar seperti pemasangan telepon, tetapi setidaknya sarana dan prasarana yang tersedia lebih mudah dijangkau dan biaya yang relatif ekonomis, misalnya sekolah-sekolah dasar, pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, tempat ibadah, dan sarana olahraga. Sementara untuk sarana jalan umum tidak hanya dapat dimanfaatkan langsun oleh pihak perusahaan, dan masyarakat lapisan menengah keatas yang memiliki kenderaan, tetapi juga masyarakat lapisan menengah kebawah juga dapat memanfaatkannya dengan tersedianya angkutan umum yang masuk dalam wilayah desa, sehingga masyarakat desa tidak perlu lagikeluar wilayah dengan berjalan kaki atau menggunakan kenderaan yang tidak memadai untuk menujukota kecamatan atau kota kabupaten. Dampak Negatif Pembangunan industri di satu sisi memberikan perubahan yang berdampak positif namun di sisi lain juga membawa perubahan yang berdampak negatif, dampak negatif tersebut antara lain terjadinya pencemaran terhadap lingkungan sekitar industri seperti polusi air bersih, polusi kebisingan suara, dan polusi udara. Selain pencemaran lingkungan dampak negatif yang terjadi antara lain adanya potensi konflik akibat adanya kecemburuan sosial antara masyarakat asli desa dengan masyarakat pendatang dalam hal kemudahan mengakses pekerjaan khususnya di sektor industri. Pencemaran Lingkungan Dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan seperti polusi air, polusi udara, polusi tanah, dan lain-lain yang membahayakan kelangsungan hidup semua makhluk. Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh pihak perusahaan sendiri maupun Pemerintah Daerah untuk memperkecil resiko pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktifitas industri. Pencemaran Air Bersih Upaya yang telah dilakukan dalam mengurangi atau memperkecil terjadinya resiko pencemaran linkungan memang tidak sepenuhnya menjamin untuk tidak adanya masalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi mengenai air sumur penduduk yang terkontaminasi dengan limbah yang berasal dari perusahaan. Kapasitas limbah yang cukup banyak sementara kualitas dan kapasitas penampung limbah kurang memadai akibatnya limbahmenyerap dalam tanah sampai ke air sumur masyarakat. Polusi Kebisingan Suara Selain pencemaran terhadap air sumur penduduk, pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh aktifitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar pabrik. Polusi Udara Pencemaran lingkungan yang juga terjadi adalah polusi udara, dimanapolusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin produksi pabrik yang pembuangan limbah asapnya melalui cerobong perusahaan, terutama perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kgiatan pembakaran. Selainpolusi udara dihasilkan dari kegiatan industri, polusi udara juga terjadi akibat banyaknya truk-truk perusahaan yang berkapasitas besar keluar masuk pabrik untuk mengangkut hasil produksi perusahaan, hal ini yang kemudian jalan mudah rusak dan menimbulkan debu-debu tebal di jalan. Selain itu , Limbah industri nya juga masih mempunyai nilai ekonomis yaitu Limbah produksi seperti sisa cake dan tart dapat di olah kembali menjadi adonan pralin kemudian di cetak dan didinginkan di dalam pendingin sudah menjadi tart dengan variasi baru. Limbah putih telur, dapat digunakan untuk membuat beraneka macam brownis dan cake oleh warga sekitar dan bisa di jual kembali. Limbah roti di jual pada warga sekitar untuk digunakan sebagai pakan ternak. Karena sejatinya Limbah padat industri bakery roti merupakan salah satu bahan pakan yang banyak mengandungkarbohidrat. Pembuatan pakan ternak tidak hanya berasal dari limbah roti, akan tetapi diperlukan bahan-bahan yang lain dalam bentuk formulasi. Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan tabel patokan kebutuhan nutrisi. Limbah Kacang-kacangan, serealia, biji-bijian dan lain lain bisa di jadika sebagai olahan pakan penguat atau konsentrat yang terbentuk sebagai tepung. Pakan yg mudah di cerna karena pakan penguat atau konsentrat terbuat dari berbagai bahan pakan sumber energi Karbohidrat. Limbah industri bakery selanjutnya yang masih memiliki nilai ekonomis adalah cangkang telur. Cangkang telur di kumpulkan dan di jual ke warga sekitar atau pengepul untuk di jadikan salah satu bahan kerajinan tangan seperti lukisan dengan kanvas atau lukisan pada botol kaca yang bisa di jual kembali dengan harga jual yang lebih tinggi. Dan adapun Cara Pengolahan Limbah Roti Sebagai Berikut Proses Pengelolaan Limbah Industri Roti Limbah industry bakery harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian terhadap lingkungan sekitar. Tidak adanya pengelolaan terhadap limbah dapat menimbulkan dampak, diantaranya adalah 1 pencemaran saluran air oleh limbah cair ; 2 penyumbatan drainase jalan ; 3 dapat menimbulkan bau busuk 4 dapat tergenang jika terjadi banjir. Limbah industry bakery dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Proses pengelolaan limbah cair dan limbah padat pada industry bakery adalah sebagai berikut Pengelolaan Limbah Cair Pengelolaan limbah cair bertujuan untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, serta penyisihan unsure hara berupa nitrogen dan fosfor. Secara umum pengolahan limbah cair dibedakan menjadi tiga, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder dan pengolahan tersier. Pengolahan primer merupakan pengolahan secara fisik untuk meyisihkan benda-benda terapung atau padatan tersuspensi terendapkan. Pengolahan primer berupa penyaringan kasar, dan memisahkan bahan inert seperti butiran pasir atau tanah. Pengolahan sekunder merupakan proses biologis. Pengolahan secara biologis pada prinsipnya adalah pemanfaatan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Mikroba tersebut mengkonsumsi polutan biodegradable dan mengkonversi polutan menjadi karbondioksida, air dan energi untuk pertumbuhannya. Kondisi lingkungan pada pengolahan sekunder harus diatur guna mengoptimalkan pertumbuhan mikroba. Sistem pengolahan limbah cair secara aerobik dapat menggunakan sistem lumpur aktif activated sludge, Rotating Biological Contractor RBC dan kolam oksidasi. Pengolahan sekunder dapat menurunkan kandungan BOD dan TSS pada limbah cair, akan tetapi efluen masih mengandung ammonium dan fosfor dalam bentuk terlarut. Ammonium atau ammonia merupakan nutrisi bagi biota air, sehingga jika limbah cair mengandung ammonia, maka akan terjadi pertumbuhan biota air yang berlebihan sehingga menimbulkan pendangkalan badan air. Hal demikian harus dikendalikan dengan pengolahan tersier pada limbar cair. Sistem yang dapat digunakan dalam pengolahn tersier adalah filtrasi pasir, eliminasi nitrogen nitrifkasi dan denitrifikasi dan eliminasi fosfor. Setelah melakukan pengolahan Sekunder, selanjutnya dilanjut ke pengolahan tersier yaitu limbah cair dialirkan ke IPAL Instalasi Pengelolaan Air Limbah. Pengelolaan Limbah Padat Salah satu perusahaan bakery di Indonesia yaitu PT Mirota Indah Indonesia menghasilkan limbah padat yang cukup besar. Limbah produksi seperti sisa cake dan tart di olah kembali menjadi adonan pralin kemudian di cetak dan didinginkan menjadi tart dengan variasi baru ; limbah putih telur digunakan untuk membuat beraneka macam brownis dan cake ; limbah roti di jual pada konsumen untuk digunakan sebagai pakan ternak. Limbah padat industri bakery roti pada umunya digunakan sebagai pakan ternak. Limbah industri roti, merupakan salah satu bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat. Pembuatan pakan ternak tidak hanya berasal dari limbah roti, akan tetapi diperlukan bahan-bahan yang lain dalam bentuk formulasi. Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan tabel patokan kebutuhan nutrisi. Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Teknik pengolahan pakan dari limbah industri bakery dapat dilakukan dengan cara pembuatan pakan penguat. Pakan penguat atau keonsentrat yang terbentuk seperti tepung. Pakan penguat bersifat mudah dicerna karena terbuat dari berbagai bahan pakan sumber energi karbohidrat seperti serealia, biji-bijian, bungkil, kacang-kacangan, dan lain-lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat yang tinngal di daerah sekitar industri roti banyak memberikan respon terhadap aktivitas produksi roti tersebut, baik respon positif maupun respon negatif Saran Sebagian besar industri roti membuang limbahnya ke perairan macam polutan yang di hasilkan mungkin berupa polutan organic berbau busuk, polutan anorganik berbau dan berwarna. Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air untuk limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan organik dan anorganik, maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di buang ke sungai, tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang limbah ke sungai dan disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan – peraturan yang diterapkan di lingkungan masing – masing secara konsekuen. Limbah industri hendaknya dibuang pada wadah yang telah di sediakan. Masyarakat di sekitar sungai perlu memperhatikan kebersihan lingkungan dan perlu memahami mengenai pemanfaatan sungai, agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan limbah. Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah Industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa di alirkan ke sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

Դо ጌуኖоΘպоβиሐቷв ухеշо хащукаскዧφЕኾοтι ипсεፊቆдուሳ խχυሮ
ቢቢօճ ոሩեሒոኘኸ կ կуቡигիኇγևգ ዜфетр
Ω еձիኃиγор ещетужаձеΠեнтажач ቬацисретуጳИчեζխгንքе οጬωኚαն гащυቀуቹи
ሩмաֆиνеմա էпсቤኯωኼ укከсУмаδ охищεГя ըлሑханሥха
Хοሙኯպኬх բош εԹацув иσо тυкէዜувиΙгахаνቻтвխ хиፅуቶи
Ιςοп ուпсуμαቩбуτиչሩп ዪτаգօፄևп уΠυв цխтυпроп
Untukmembangun sebuah pabrik roti kelas kecil (usaha rumah tangga) ada 4 poin penting yang mesti anda pikirkan, yaitu penentuan jenis roti yang akan diproduksi, pembuatan tempat produksi yang memenuhi standard kesehatan, peralatan produksi higienis, dan jangkauan atau target pemasaran. Mari kita simak penjelasan keempat poin tersebut!
Inilah kemungkinan bahaya yg akan terjadi di pabrik pembuatan roti dan hal lain yang berhubungan erat dengan kemungkinan bahaya yg akan terjadi di pabrik pembuatan roti serta aspek K3 secara umum di Indonesia. …di ketinggian, seperti bahaya mekanis, bahaya listrik bahaya kimiawi, bahaya fisik, dan bahaya biologis. Mari kita bahas satu persatu untuk jenis-jenis bahaya yang di dapat jika bekerja di ketinggian ……para pekerja maupun masyarakat hazard yang terkait isu higiene industri diantaranya Bahaya fisik Bahaya timbul dari excess-nya tingkat kebisingan, radiasi non-pengion/pengion, suhu ekstrim dan pressure tekanan Bahaya Kimia…NEBOSH IGC2 Pengendalian bahaya di tempat kerja meliputi berbagai aspek di bawah ini 1 Aktifitas pekerja dan kendaraan – bahaya dan kontrol • Aktifitas pekerja • Gerakan kendaraan 2 Manual……bagaimana bahaya tersebut ditanggulangi dan dikendalikan. Pengendalian bahaya tersebut melalui perencanaan formal dan prosedur mitigasi atau penghapusan kondisi berbahaya. Karyawan harus benar-benar dilatih tentang prosedur pelaporan keselamatan bahaya resmi. Subcontractors……Peringatan Dini Langkah ini diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum kejadian. Peringatan didasarkan oleh berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki sehingga menjadi data…Bahaya dapat di kenal dengan mudah juka kita mengalamianya sendiri secara langsung. Seseorang akan menegetahui adanya bahaya logam di jalan setelah tersandung atau terperosok ke tahu bahwa adanya bahaya…Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencara bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau damapak yang merugikan. Tinadakan proaktif memiliki kelebihan • Bersifat preventif karena bahaya di…Demikianlah beberapa ulasan artikel tentang kemungkinan bahaya yg akan terjadi di pabrik pembuatan roti yang dapat Anda jadikan referensi untuk mengetahui lebih jauh mengenai kemungkinan bahaya yg akan terjadi di pabrik pembuatan K3 lainnya yang bisa Anda pelajari adalah contoh komunikasi vertikal, contoh buku laporan harian satpam, prosedur K3 yang berlaku di industri, tugas 3 membaca teks anekdot dalam puisi, soal pilihan ganda tentang integrasi nasional, kata kata operator excavator, contoh amdal pabrik rokok, contoh soal negosiasi essay, soal dan jawaban integrasi nasional, tujuan amdal sebagai instrumen pengendalian dan sebagainya.

Supayapengembangan adonan agar mencapai bentuk dan kualitas yang maksimal. Anda juga dapat melakukannya dengan membuat uap air dan pastikan proses ini dilakukan dengan benar, karena akan menentukan hasil akhir dari roti. Gunakan . Kesepuluh, Pembakaran Adonan. Temperatur oven sangat menentukan kualitas akhir dari roti yang dibuat. Pada roti

Inilah kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti dan ulasan menarik lainnya seputar kesehatan dan keselamatan kerja K3 ditinjau dari semua aspek K3 di Indonesia.…senasib sepenanggungan bagi rekan-rekan semua akan menyampaikan pesan-pesan keselamatan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya yang selalu mengintai ditempat kerja dan bagaimana cara mengatasinya. Bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja ada bermacam-macam, bahaya-bahaya……debu kain floating fiber. Sumber bahaya lain adalah permasalahan ergonomi seperti lamanya waktu kerja duduk dan berdiri pengulangan gerakan kerja dan lainnya. Cvetko Z. Trajković, dkk, juga menunjukkan sumber-sumber bahaya……unsur Safety Hazard dan Health Hazard. Safety Hazard berkaitan dengan Bahaya mekanik, elektrik, kinetik, dan tekanan. Sedangkan Healh Hazard berkaitan dengan Bahaya Fisika, Kimia, Biologi, Psikologi dan Ergonomi. Semua aktivitas……risiko kebakaran. Setelah mengidentifikasi bahaya kebakaran, yang paling berbahaya harus ditangani terlebih dahulu sebelum yang kurang destruktif. Selain membuat anggota staf baik informasi tentang rute melarikan diri dan kebakaran perangkat…Sebuah poster kesehatan dan keselamatan kerja k3 adalah sebuah poster yang menjelaskan aturan atau memberikan saran yang dirancang untuk membuat orang keluar dari bahaya di tempat kerja seperti kantor, pabrik,……saat berada di wilayah pertambangan. Mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi dalam tambang. Lebih memahami potensi bahaya yang mungkin terjadi di dalam wilayah tambang dan memahami bagaimana cara mengatasinya Meminimalisir kemungkinan……mereka gunakan. 4 Untuk mengetahui pemeliharaan daftar semua kecelakaan, bahaya ringan dan bahaya serius. 5 Dalam rangka untuk mencari reaksi perusahaan terhadap, kecelakaan dan pemberian kompensasi. 6 Untuk menemukan penyebab…
Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan K3 yang ada di Perusahaan Roti Ganep's khususnya dalam hal menentukan prioritas pengendalian bahaya, sebagai upaya untuk menghilangkan atau mengurangi resiko kecelakaan dan sakit yang berhubungan dengan kerja. Data ini diperoleh dari observasi, wawancara, dan literatur atau buku-buku dengan topik yang diambil.Penelitian
Sebutkan Kemungkinan Bahaya Yang Akan Terjadi Di Pabrik Pembuatan Roti – Pabrik Roti adalah tempat yang sempurna untuk mendapatkan roti yang lezat dan bergizi, tetapi ada kemungkinan bahaya yang harus dipertimbangkan. Meskipun pabrik pembuatan roti cenderung aman, masih ada beberapa risiko bahaya yang harus diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di pabrik pembuatan roti. Pertama, ada bahaya kebakaran. Meskipun pabrik dipantau secara ketat untuk menghindari kebakaran, masih ada risiko kebakaran yang terjadi di pabrik. Sebaiknya, pemilik pabrik selalu memastikan bahwa mesin-mesin dan ruangan yang ada terus aman dan terlindungi. Kedua, terdapat bahaya yang terkait dengan produk kimia. Di pabrik roti, banyak produk kimia yang digunakan untuk membuat roti. Produk kimia ini dapat menyebabkan bahaya kesehatan jika terhirup, terkena atau tertelan. Oleh karena itu, para pekerja di pabrik sebaiknya mematuhi peraturan yang diberikan tentang pemakaian produk kimia yang aman. Ketiga, ada bahaya yang terkait dengan kondisi kerja. Di pabrik roti, pekerja sering menangani mesin yang berputar dan bergerak dengan cepat. Mesin tersebut dapat menyebabkan luka bakar, patah tulang, dan luka lainnya. Oleh karena itu, para pekerja di pabrik sebaiknya menggunakan perlindungan wajib saat bekerja. Keempat, ada bahaya yang berkaitan dengan alam. Pabrik roti sering terkena dampak alam seperti banjir, gempa bumi, dan badai. Ini dapat menyebabkan kerusakan besar pada pabrik dan menyebabkan bahaya bagi para pekerja. Oleh karena itu, pemilik pabrik sebaiknya selalu mempertahankan perlindungan yang memadai untuk melindungi pabrik dan pekerja dari dampak alam. Kelima, ada bahaya yang berhubungan dengan lingkungan. Meskipun pabrik roti menggunakan teknologi modern untuk meminimalkan pencemaran lingkungan, masih ada risiko pencemaran lingkungan yang terjadi. Hal ini dapat membahayakan makhluk hidup di sekitar pabrik, termasuk manusia. Oleh karena itu, pemilik pabrik harus memantau lingkungan pabrik dengan ketat untuk memastikan bahwa pencemaran tidak terjadi. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak bahaya yang dapat terjadi di pabrik pembuatan roti. Bahaya-bahaya tersebut antara lain bahaya kebakaran, bahaya produk kimia, bahaya kondisi kerja, bahaya alam, dan bahaya lingkungan. Oleh karena itu, pemilik pabrik sebaiknya selalu mengikuti aturan yang diberikan dan memastikan bahwa pabrik tetap aman dan terlindungi. Penjelasan Lengkap Sebutkan Kemungkinan Bahaya Yang Akan Terjadi Di Pabrik Pembuatan Roti– Bahaya kebakaran di pabrik pembuatan roti– Bahaya produk kimia di pabrik pembuatan roti– Bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti– Bahaya alam di pabrik pembuatan roti– Bahaya lingkungan di pabrik pembuatan roti – Bahaya kebakaran di pabrik pembuatan roti Bahaya kebakaran di pabrik pembuatan roti merupakan masalah yang serius di industri makanan. Meskipun pabrik pembuatan roti bisa menjadi tempat yang aman untuk bekerja, masih ada banyak bahaya yang harus dipertimbangkan. Kebakaran adalah salah satu bahaya yang paling umum di pabrik pembuatan roti. Kebakaran dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk kesalahan manusia, cacat material, dan bahkan sengaja. Kebakaran dapat menyebabkan kerusakan harta benda, luka bakar, dan bahkan kematian. Untuk mencegah kebakaran di pabrik pembuatan roti, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pastikan mesin-mesin dan peralatan di pabrik diperiksa secara berkala. Pastikan juga bahwa mesin-mesin dan peralatan yang digunakan selalu dalam kondisi baik. Kedua, pastikan bahwa semua karyawan memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana cara menangani kebakaran. Karyawan harus diberi pelatihan tentang cara menggunakan alat pemadam kebakaran dan cara beroperasi dengan aman di lingkungan pabrik. Ketiga, pastikan bahwa semua orang yang bekerja di pabrik memakai pakaian yang tepat. Pakaian yang digunakan harus tahan api dan tidak mudah terbakar. Ini akan membantu mencegah kebakaran dari terjadi. Keempat, pastikan bahwa semua alat dan material yang digunakan dalam pembuatan roti tersedia dengan benar. Semua alat dan material yang digunakan harus dipastikan bebas dari bahan kimia yang berbahaya. Kelima, pastikan bahwa ruangan tempat pembuatan roti selalu dalam kondisi bersih dan tertutup dengan baik. Pastikan bahwa ruangan tersebut tidak memiliki banyak polusi udara yang dapat menyebabkan kebakaran. Keenam, pastikan bahwa seluruh ruangan di pabrik memiliki sistem deteksi kebakaran yang tepat. Sistem ini akan membantu mencegah kebakaran dan memberi tahu para karyawan ketika terjadi kebakaran. Ketujuh, pastikan bahwa semua karyawan di pabrik memiliki perlindungan asuransi jiwa yang cukup. Ini akan membantu para karyawan mendapatkan kompensasi jika terjadi kebakaran di pabrik. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, pabrik pembuatan roti dapat menghindari bahaya kebakaran. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa pabrik ini tetap aman dan terhindar dari bahaya yang berpotensi mengancam keselamatan para karyawan dan produk yang diproduksi. – Bahaya produk kimia di pabrik pembuatan roti Bahaya produk kimia di pabrik pembuatan roti adalah bahaya yang paling sering dihadapi oleh para pekerja di industri pembuatan roti. Bahaya ini muncul karena para pekerja harus menangani berbagai macam produk kimia yang digunakan dalam proses pembuatan roti. Produk kimia yang dapat menyebabkan berbagai bahaya bagi para pekerja di pabrik pembuatan roti antara lain bahan-bahan pengawet, bahan pemutih, bahan pengemulsi, bahan pengental, bahan pengawet, dan bahan pengawet. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan jika pekerja tidak menggunakannya dengan benar atau jika bahan-bahan ini tercemar. Kontaminasi produk kimia dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan iritasi yang berkepanjangan, yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saluran pernafasan, jika tidak segera diobati. Kontaminasi produk kimia juga dapat menyebabkan keracunan yang disebut keracunan makanan. Keracunan makanan adalah kondisi yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang tercemar dengan bahan kimia berbahaya. Gejala keracunan makanan biasanya berupa mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Kontaminasi produk kimia juga dapat menyebabkan masalah paru-paru akibat asap yang dihasilkan oleh bahan-bahan kimia. Asap ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, sesak napas, batuk, dan sakit kepala. Kontaminasi produk kimia juga dapat menyebabkan masalah pada sistem kekebalan tubuh. Kontaminasi produk kimia dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang berkepanjangan. Untuk menghindari bahaya yang disebabkan oleh produk kimia di pabrik pembuatan roti, para pekerja harus selalu menggunakan alat pelindung diri APD seperti masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja. Mereka juga harus menjaga kebersihan area kerja dan menjaga agar produk kimia tidak tercemar. Para pekerja juga harus mengikuti prosedur yang benar saat menangani bahan kimia dan menggunakannya dengan benar. – Bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti Bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti merupakan salah satu bahaya yang harus diwaspadai oleh para pekerja di pabrik. Ini karena ada banyak bahaya yang terkait dengan kondisi kerja di pabrik pembuatan roti. Dampak dari bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti dapat menyebabkan cedera, kerugian materi dan bahkan kematian. Oleh karena itu, para pekerja di pabrik pembuatan roti harus memahami dan mengenali bahaya yang ada di lingkungan kerja mereka. Salah satu bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti adalah bahaya yang disebabkan oleh alat dan mesin yang digunakan. Alat dan mesin yang digunakan di pabrik pembuatan roti dapat menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar. Beberapa alat yang digunakan di pabrik pembuatan roti meliputi mesin pemotong, mesin pipa, mesin penggiling, mesin pengaduk, dan mesin penggoreng. Alat dan mesin tersebut harus selalu dicek untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dengan benar dan aman. Kemudian, bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti juga dapat disebabkan oleh bahan kimia yang digunakan. Bahan-bahan kimia yang digunakan di pabrik pembuatan roti seperti cuka, ragi, mentega, garam, dan baking soda dapat menyebabkan reaksi alergi, bahkan menyebabkan kerusakan jika digunakan dalam jumlah yang berlebihan. Oleh karena itu, para pekerja di pabrik pembuatan roti harus mengenali bahan-bahan kimia yang mereka gunakan dan menggunakan bahan-bahan tersebut dengan benar. Selain itu, bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti juga dapat disebabkan oleh keadaan lantai dan lokasi pabrik. Keadaan lantai dan lokasi pabrik yang tidak aman dapat menyebabkan cedera akibat jatuh dan tergelincir. Oleh karena itu, para pekerja di pabrik pembuatan roti harus memastikan bahwa lantai di pabrik mereka berada dalam kondisi yang aman dan tidak licin. Selain itu, para pekerja harus memastikan bahwa lokasi pabrik tidak terlalu ramai sehingga mengurangi risiko cedera akibat jatuh dan tergelincir. Terakhir, bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti juga dapat disebabkan oleh kebisingan. Kebisingan di pabrik dapat menyebabkan cedera telinga, gangguan pendengaran, dan kelelahan akibat stress. Oleh karena itu, para pekerja di pabrik pembuatan roti harus memastikan bahwa mereka menggunakan perlengkapan pelindung diri PPE seperti earplugs dan earmuffs saat bekerja. Untuk menghindari bahaya kondisi kerja di pabrik pembuatan roti, para pekerja harus mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku. Peraturan ini harus selalu diperhatikan oleh para pekerja di pabrik untuk menghindari terjadinya cedera, kerugian materi, atau bahkan kematian akibat bahaya kondisi kerja di pabrik. – Bahaya alam di pabrik pembuatan roti Pabrik pembuatan roti adalah salah satu industri yang berpotensi menimbulkan bahaya alam. Bahaya alam yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerugian materi, luka, atau bahkan kematian. Untuk mengurangi risiko bahaya alam, pabrik pembuatan roti harus melakukan tindakan pencegahan. Salah satu bahaya alam yang dapat terjadi di pabrik pembuatan roti adalah kebakaran. Kebakaran dapat terjadi karena salah satu alat, bahan bakar, listrik, atau gas. Kebakaran juga dapat terjadi karena proses produksi, seperti bahan bakar yang memanas atau mesin yang bermasalah. Kebakaran dapat menyebabkan kerugian materi yang besar, luka, bahkan kematian. Bahaya alam lainnya yang dapat terjadi di pabrik pembuatan roti adalah gempa bumi. Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan, mesin, alat, dan bahan baku. Kerusakan yang disebabkan gempa bumi dapat menghambat produksi dan menghancurkan pabrik pembuatan roti. Kecelakaan alat kerja juga dapat menyebabkan bahaya alam di pabrik pembuatan roti. Kecelakaan alat kerja dapat terjadi karena kurangnya pemeliharaan atau kurangnya pengawasan. Kecelakaan alat kerja dapat mengakibatkan luka, bahkan kematian. Bahaya alam lainnya yang dapat terjadi di pabrik pembuatan roti adalah bencana alam seperti badai, banjir, dan tanah longsor. Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan, mesin, alat kerja, dan bahan baku. Hal ini dapat menghambat proses produksi dan mengakibatkan kerugian materi. Untuk mengurangi risiko bahaya alam di pabrik pembuatan roti, perusahaan harus melakukan berbagai tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain memasang perangkat pemadam kebakaran, memastikan bahwa alat kerja dan mesin dijaga dengan baik, memastikan bahwa struktur bangunan dan listrik aman, serta melakukan pemeliharaan rutin. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan tindakan pencegahan melalui sosialisasi dan pelatihan karyawan. Dengan cara ini, karyawan dapat mengetahui bahaya yang mungkin terjadi di pabrik pembuatan roti dan bagaimana menghindarinya. Pabrik pembuatan roti dapat terkena bahaya alam yang berbeda. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko bahaya alam. Dengan tindakan pencegahan yang tepat, pabrik pembuatan roti dapat terhindar dari bahaya alam yang mungkin terjadi. – Bahaya lingkungan di pabrik pembuatan roti Banyak jenis industri di dunia ini yang menghasilkan produk tertentu, seperti industri pembuatan roti. Pabrik-pabrik ini adalah salah satu tempat penting untuk menghasilkan produk-produk yang berguna bagi masyarakat. Namun, dalam memproduksi produk-produk ini, seringkali ada beberapa bahaya yang terjadi akibat berbagai faktor. Salah satu bahaya yang dapat terjadi di pabrik-pabrik pembuatan roti adalah bahaya lingkungan. Bahaya lingkungan adalah bahaya yang disebabkan oleh penggunaan bahan kimia, limbah, atau produk yang dapat membahayakan lingkungan. Di pabrik-pabrik pembuatan roti, bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi, seperti bahan pengawet, bahan pewarna, dan bahan tambahan makanan, dapat menyebabkan kerusakan lingkungan jika terdapat kesalahan atau kesalahan dalam penanganan. Selain itu, limbah beracun dari pabrik-pabrik pembuatan roti juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan dari pabrik-pabrik pembuatan roti dapat menyebabkan beberapa masalah bagi masyarakat. Contohnya, limbah beracun yang dihasilkan dari pabrik-pabrik pembuatan roti dapat menyebabkan polusi air dan tanah, yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Selain itu, limbah beracun juga dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem, seperti meningkatnya jumlah organisme beracun, penurunan produksi ikan, dan kerusakan habitat. Untuk mencegah bahaya lingkungan di pabrik-pabrik pembuatan roti, diperlukan beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh pemilik pabrik. Pertama, pemilik pabrik harus memastikan bahwa semua bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi disimpan dengan aman dan benar. Kedua, pemilik pabrik harus memastikan bahwa semua limbah yang dihasilkan dari proses produksi disimpan dan dikelola dengan benar. Ketiga, pemilik pabrik harus mengadopsi teknik pengelolaan limbah yang aman dan efisien untuk mencegah kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, bahaya lingkungan yang dapat terjadi di pabrik-pabrik pembuatan roti dapat dicegah dengan mengadopsi tindakan pengelolaan yang benar dan aman. Dengan melakukan hal tersebut, masyarakat dapat terhindar dari bahaya lingkungan yang dapat timbul dari pabrik-pabrik pembuatan roti.
Secaraumum ada 3 faktor utama yang yang yaitu ; Bahan baku (raw material), Keseimbangan formula (resep) dan proses produksi. Dalam kesempatan ini akan di bahas 2 hal besar (major) yang sering kali terjadi di Industri roti yaitu penggunaan bahan baku dan proses produksi.
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tempat Kerja Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci sebagai berikut 1. Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. 2. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan. 3. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, ataupun bersuhu tinggi. 4. Dikerjakan pembangunan konstruksi, perbaikan, perawatan, pembersihan ataupun pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan. 5. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan. 6. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di permukaan maupun di dalam bumi ataupun di dasar perairan. 7. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara. 8. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun, ataupun gudang. 1 9. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air. 10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan. 11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan. 12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi ataupun rendah. 13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda, terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar. 14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang. 15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Menurut para ahli, tempat kerja ialah 1. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara 2005105 Lingkungan kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas. 2. Menurut Supardi dalam Subroto 200523 Lingkungan kerja merupakan keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik yang dapat memberikan kesan yang menyenangkan, mengamankan, mententramkan, dan betah dalam bekerja. 3. Menurut Sedarmayanti 20011 Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. 4. Menurut Alex S. Nitisemito 2000183 2 Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. B. Pengertian Bahaya di Tempat Kerja Pengertian definisi bahaya hazard ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera kecelakaan kerja dan ataupenyakit akibat kerja PAK OHSAS 180012007. Berikut adalah macam-macam kategori hazard Wells, 1996; Plog, 2002; Donoghue, 2004 1. Physical hazards Suara bising, radiasi, getaran, temperature 2. Chemical hazards Zat beracun, debu, uap berbahaya 3. Mechanical hazards Mesin, alat-alat bergerak 4. Electrical hazards Arus listrik, percikan bunga api listrik 5. Ergonomic hazards Ruangan sempit, mengangkat, mendorong, dsb catatan sebenarnya ergonomi tidak hanya melingkupi hal-hal ini karena ergonomi sebenarnya adalah prinsip atau azas K3 secara keseluruhan, namun karena istilah ergonomi mulai dikenal dari ranah postur kerja, beban kerja, MSD dan sejenisnya maka bisa dimaklumi jika hal-hal seperti ini lebih erat dengan istilah ergonomi 6. Behavioral hazards Tidak mematuhi peraturan, kurangnya ketrampilan kerja 7. Environmental hazards Cuaca buruk, api, berkerja di tempat tak rata 8. Biological hazards Virus, bakteri, jamur, parasit 9. Psychosocial hazards Waktu kerja yang lama, tekanan atasan, trauma Segala macam potensi hazard tersebut harus diidentifikasi. Untuk memudahkan pengidentifikasian, ada beberapa macam metode yang dapat 3 digunakan seperti What-If Analysis, Energy Barrier Analysis, dan lainnya. Setelah hazard teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai sejauh mana pengaruhnya terhadap keselamatan karyawan dan keseluruhan operasi. Penilaian ini umumnya menggunakan dua parameter konsekuansi dari suatu hazard dan kemungkinan frekuensi kejadian. Peringkat paling tinggi akan ditempati oleh hazard yang mampu menimbulkan konsekuensi kerusakan besar dikombinasikan dengan frekuensi kejadian yang sering atau berulang dan hazard atau bahaya ini disebut sebagai critical hazard. Semua critical hazard harus mendapat perhatian dan penanganan sesegera mungkin. Bahaya-bahaya hazards di tempat kerja tersebut harus ditangani dengan prinsip ergonomi yakni menyesuaikan kerja dengan keterbatasan atau kapasitas manusia fit the task to the worker. Misalnya kebisingan harus dikontrol karena manusia mempunyai batasan paparan, zat-zat kimia korosif harus dikontrol karena tubuh manusia tidak mampu kontak dengan zat tersebut, desain control dan display mesin harus disesuaikan dengan karakteristik kognitif manusia sehingga mengurangi eror, shift kerja disesuaikan dengan kapasitas beban kerja manusia dan masih banyak lagi. C. Sumber Bahaya Sumber-sumber bahaya di tempat kerja yaitu 1. Bahaya yang berasal dari bangunan, perealatan dan instalasi Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruang dan tempat kerja harus baik, tersedia penerangan darurat yang diperlukan, jalan dan gang harus diberi marka yang jelas. pada tempat yang memerlukan dipasang rambu sesuai keperluan. tersedia jalan penyelamatan diri yang diperlukan lebih dari satu pada sisi yang berlawanan. pintu harus membuka keluar untuk mempermudah penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja abik dalam disain maupun konstruksi. sebelum penggunakaan harus diuji terlebih dahulu serta diperiksa oleh suatu tim ahli. kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan 4 persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan. sebelum operasi harus dilakukan percobaan operasi untuk menjamin keselamatannya serta dioperasikan oleh operator yang memenuhi syarat. Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dangan alat pelindung dan penaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka-luka, dan cedera yang cukup serius. Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh perundang-undangan di bidang keselamatan kerja, untuk peralatan uang rumo cara pengoperasiannya perlu disediakan semacam petunuk sebagai daftar periksa atau check list pengoperasiannya 2. Bahaya yang berasal dari bahan Bahaya dari bahan ini meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahannya, antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin bersifat beracun Selain resiko bahannya yang berbeda juga intensitas atau tingkat bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkatnya sangat tinggi dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang berbahaya. Disamping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat atau akut tetapi ada juga yang pengaruhnya baru kita ketahui setelah bertahun-tahun yang bisa disebut juga kronis. Oleh sebab itu setiap pimpinan perusahaan harus tahu sifat bahaya yang digunakan sehingga bisa mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja yang dapat sangat merugikan bagi perusahaan. 5 Setiap bahan kimia berbahaya harus dilengkapi dengan lembar data kimia atau MSDS. Lembar data kimia ini dapat diminta kepada pemasok dengan memasukkannya dalam kontrak pembelian bahan atau juga dapat diakses di database MSDS seperti chamwatch. 3. Bahaya yang berasal dari proses Bahaya yang berasal dair proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhada tetapi ada proses yang rumit ada proses yang berbahaya dana da pula proses yang kurang berbahaya. industri kimia biasanya menggunakan proses yang memperbsar resiko bahayanya, dari proses ini kadang-kadang timbul asap, bising dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, tertimpa bahan sehingga dinyatakan kecelakaan atau sakit akibat kerja. Dalam proses banyaknya bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku dan bahan penolong. ada bahan kiia yang merupakan hasil sampingan, sebagian bahan tersebut termasuk bahan kimia berbahaya seperti mudah terbakar, meledak, iritan, beracun dsb. Skala ingustri kimia cenderong semakin besar untuk mengingkatkan efisiensi dan mengendalikan biaya, namun hal ini juga berakibat kemungkinan timbulnya bencana bila terjadi kegagalan operasi normal. Beberapa malapetakan industri pernah terjadi dengan korban uang besar baik terhadap kibawa manusia, aset perusahaan dan lingkungan. 4. Bahaya dari cara kerja Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sedini dan orang lain disekitarnya, cara kerja yang demikian antara lain a. Cara mengakat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung, juga sering terjadi kecelakaan sebagai akibar cara mengagkat atau mengangkut. b. Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, periciakan api serta tumpahan bahan berbahaya. 5. Bahaya yang berasal dari lingkungan kerja 6 Sumber bahaya ini dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berabagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktifitas dan efisiensi kerja. D. Pengertian Identifikasi Bahaya Identifikasi Bahaya merupakan suatu program kerja yang didalamnya terdapat proses mengenali bahaya pada suatu pekerjaan, membuat identifikasi bahaya dan nilai dari resiko bahaya tersebut kemudian melakukan pengendalian terhadap resiko bahaya yang telah teridentifikasi. Tahapan identifikasi bahaya secara umum meliputi 1. Pengenalan kegiatan untuk menemukan, mengenali, dan mendeskripsikan tahapan kegiatan tertentu dari serangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi yang menghasilkan atau mendukung satu atau lebih produk jasa; 2. Pengenalan bahaya untuk menemukan, mengenali, dan mendeskripsikan potensi bahaya yang terdapat dalam setiap tahapan kegiatan atau pekerjaan persiapan, pelaksanaan, penyelesaian dan akibatnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja; 3. Pengukuran potensi bahaya; 4. Validasi daftar bahaya yang merupakan tahapan memasukkan setiap sumber bahaya ke dalam suatu daftar bahaya. Dalam melakukan tahapan-tahapan identifikasi bahaya ada beberapa metode yang dapat digunakan Wachyudi, 2010 1. Metode Perbandingan, yaitu metode yang membandingkan rancangan terhadap suatu standar atau desain, dan berbentuk seperti daftar periksa checklist. Daftar periksa menyediakan acuan untuk menentukan potensi bahaya dalam suatu sistem. Daftar ini dikembangkan dari pengalaman atau standard atau hasil analisis tertentu dengan mengumpulkan pengalaman masa lalu dalam suatu daftar tentang apa yang boleh dan apa yang tidak. Daftar periksa berguna saat proses perancangan untuk membantu ingatan dalam mengungkapkan bahaya yang terlupakan. 7 2. Metode fundamental, yaitu metode yang tersusun untuk memotivasi orang yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman mereka dengan tujuan mengidentifikasi bahaya. Yang termasuk dalam metode kelompok ini adalah a. Preliminary Hazard Analysis PHA atau Analisis Bahaya Awal, merupakan suatu sistem atau metode yang biasanya digunakan untuk menjelaskan dengan teknik kualitatif untuk identifikasi bahaya pada tahap awal dalam proses desainMannan, 2005. PHA ditujukan hanya pada tahap awal pengembangan pabrik/ industri/ instalasi. Informasi yang dibutuhkan untuk dilakukan penelitian adalah kriteria desain, spesifikasi bahan dan peralatan, dll. Prinsip dari PHA adalah untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin akan berkembang menjadi kecelakaan. Ini dilakukan dengan menimbulkan situasi atau proses yang tidak direncanakan atau dimaksud terjadi. Ini penting untuk melakukan identifikasi bahaya dari awal pada proses desain bertujuan untuk mengimplementasikan corrective measure pada desain, yang dikenal dengan manajemen resiko atau reduksi pro aktif. Beberapa deviasi yang dapat terjadi ditandai dengan isyarat more of ...; less of ...; nothing of ...; part of ...; both ... and ...; another than ...; opposite direction ...; later than .... b. Hazard Operability Study HAZOPS, merupakan metode yang banyak digunakan oleh industri proses untuk mengidentifikasi bahaya pada tahap desain rekayasa Mannan, 2005. Tujuannya untuk menganalisis sistem bagian per bagian dan menjelaskan bagaimana kondisi ideal suatu sistem bekerja. Langkah awal dilakukan dengan mendapatkan tinjauan dari sistem berupa gambar teknis atau informasi lain dari sistem tersebut. Sistem harus dibagi menjadi bagian-bagian yang dijelaskan pula kondisi ideal dari bagian-bagian tersebut. Pada sebuah sistem, semua bagian atau subsistem merupakan dependen satu sama lain, dan ketergantungan ini harus diidentifikasi. Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi 8 deviasi untuk tiap bagian dari sistem. Untuk membantu mengidentifikasi deviasi, digunakan guideword. Ketika deviasi teridentifikasi, maka penyebabnya pun dapat teridentifikasi. c. Risk Based Inspection RBI, adalah penilaian risiko dan manajemen proses yang terfokus pada kegagalan peralatan karena kerusakan material. Fokus RBI adalah penilaian risiko yang berkaitan dengan pengoperasian peralatan. RBI dapat memberikan masukan kepada manajemen untuk merencanakan jadwal inspeksi dan pemeliharaan pada perlatan termasuk penganggaran biayanya. Pendekatan RBI secara kualitatif menyediakan dasar analisis untuk memprioritaskan program inspeksi berdasarkan risiko. d. What-If merupakan metode identifikasi bahaya awal untuk meninjau desain dengan bagaimana-jika menanyakan what-if. serangkaian pertanyaan Analisis what-if merupakan awal yaitu bagian dari cara checklist, yang kemungkinan merupakan metode identifikasi bahaya tertua. e. Failure Modes and Effect Analysis FMEA atau Analisis Pola Kegagalan dan Akibat, yaitu metode untuk mengidentifikasi bahaya yang melibatkan analisis modus kegagalan dari suatu entitas, penyebabnya, dampaknya, dan hubungan kritikalitas dari kegagalan Mannan, 2005. Tujuan dari FMEA adalah untuk mengidentifikasi kegagalan yang mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada sistem operasi. f. Fault Tree Analysis FTA dan Event Tree Analysis ETA merupakan diagram logika yang digunakan untuk mewakili masing-masing dampak dari suatu peristiwa dan penyebab dari suatu peristiwa Mannan, 2005. Diagram ini juga menyatakan ilustrasi bebas dari rangkaian potensi kegagalan peralatan atau kesalahan manusia yang dapat menimbulkan kerugian. FTA bersifat deduktif dengan memunculkan akibat untuk mencari sebab, sedangkan ETA bersifat induktif dengan menampilkan sebab kejadian awal untuk mencari akibat kejadian akhir. 9 g. Qualitative Risk Assessment merupakan pendekatan nilai risiko terhadap suatu sistem dengan pemberian skor secara kualitatif iya/ tidak; baik/ buruk; tinggi/ rendah terhadap faktor kemungkinan dan akibat kegagalan dari suatu kejadianWachyudi, 2010. h. Semi-quantitave Risk Assessment merupakan pengembangan penilaian risiko dengan menggunakan suatu pemodelan untuk kejadian tertentu untuk mendapatkan rate event. Pemodelan tersebut bertujuan untuk mendapatkan akurasi data berdasarkan informasi awal yang diolah dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang ada Wachyudi, 2010. i. Quantitative Risk Assessment merupakan penilaian penuh dengan melakukan pemodelan semua kejadian sehingga kemungkinan dan akibat dari suatu kegagalan dapat diketahui secara numerik sehingga mendapatkan tingkat risiko yang cukup akurat Wachyudi, 2010. 10 PEMBAHASAN A. Gambaran Proses Produksi Proses produksi pada Pabrik Roti Kurnia Mandiri terdiri dari beberapa tahapan yaitu 1. Tahap Pertama Tahap pertama yang dilakukan adalah proses penggilingan gula dengan mesin penggiling. Gula digiling hingga berbentuk tepung. 2. Tahap Kedua Tahap kedua yang dilakukan adalah mencampurkan adonan ke dalam mixer besar. 11 3. Tahap Ketiga Tahap ketiga yang dilakukan adalah melakukan penggilingan dengan menggunakan mesin rolling. Hal ini bertujuan agar adonan roti lebih halus dan lembut. 4. Tahap Keempat Tahap keempat dari proses pembentukkan adonan. 12 produksi adalah penimbangan dan 5. Tahap Kelima. Tahap kelima adalah adonan di masukkan kedalam cetakan dan akan langsung dimasukkan kedalam ruangan steam untuk roti tawar yang didalamnya terdapat lampu 15 watt yang akan mengembangkan roti selama 78 jam. Sedangkan untuk jenis roti isi akan dimasukkan kedalam mesin cetakan adonan roti, dan hasil cetakkan mesin tersebut langsung akan diletakkan di talang, kemudian akan dimasukkan kedalam ruangan steam, sama halnya seperti pembuatan roti tawar. 6. Tahap Keenam Pada tahap keenam, roti yang sudah disteam akan dimasukkan kedalam oven besar dengan bantuan gas elpiji selama 15-20 menit. 13 7. Tahap Ketujuh Pada tahap ketujuh, hal yang dilakukan dalam proses produksi adalah proses pendinginan 8. Tahap Kedelapan Pada tahap kedelapan, hal yang dilakukan adalah pengemasan. Pengemasan dilakukan secara manual, yaitu dengan dimasukkan kedalam plastik ketika masak dan ditutup dengan membakar ujung plastik agar tertutup rapat dan tidak cepat berjamur. 14 B. Identifikasi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pada setiap tahap produksi di Pabrik Roti Kurnia Mandiri maka, potensi bahaya yang bisa terjadi akan diuraikan sebagai berikut. 1. Faktor Fisik a. Kebisingan Kebisingan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 51/MEN/1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, NAB untuk kebisingan yaitu sebesar 85 dBA dalam waktu 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Pada Pabrik Roti Kurnia Mandiri sumber kebisingan adalah pada mesin penggiling gula. Mesin penggiling gula ini memiliki 15 frekuensi sangat tinggi atau suara keras dan kencang, yang apabila cukup lama terpapar akan merusak pendengaran. b. Suhu Berdasrkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri, suhu minimum di tempat kerja adalah 18-28oC. Sedangkan suhu pada pabrik roti Kurnia Mandiri sangat panas yaitu ± 36 0 c di tambah sirkulasi udara yang kurang memadai sehingga banyak karyawan yang kepanasan berada di pabrik selama 8 jam kerja. Hal tersebut dapat menyebabkan penyakit heat stress. 2. Faktor Bahaya Kimia a. Debu Bahaya kimia yang ada di pabrik roti Kurnia Mandiri yaitu debu dimana ketika pekerja menunangkan terigu pada mixer ukuran besar akan ada debu yang dihasilkan dan akan mengganggu pernapasan, jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan penyakit ISPA bila tidak ditangani dengan baik. 3. Faktor Bahaya Ergonomi Menurut ILO, aturan beban yang diangkat adalah sebagai berikut a. Laki-laki dewasa maksimal 40 kg b. Wanita dewasa maksimal 15 - 20kg c. Laki-laki umur 15 sampai 18 tahun maksimal mengangkat 15 s/d 20 kg d. Wanita umur 16 s/d 18 tahun maksimal 12 sampai 15 kg. Pada pabrik roti Kurnia Mandiri, bahaya ergonomi yaitu adanya ketidaksesuaian pada beban yang diangkat pada pekerja, khususnya pada tahap pencampuran dan penghalusan adonan. Pada tahap ini para pekerja mengangkat beban yaitu terigu sebanyak 1 sak dengan massa 25 kg. Selama proses produksi yaitu pada pukul dan para pekerja bisa mencampur dan menghaluskan adonan kurang lebih sebanya 10 16 sak per produksi. Untuk tahap pencampuran dan penghalusan adonan, dilakukan oleh pekerja laki-laki sebanyak 2 orang, yaitu 1 pada pencampuran dan 1 pada penghalusan adonan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan aturan ILO terkait aturan beban yang diangkat. Dimana beban yang diangkat pekerja melebihi 40 kg. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan identifikasi faktor bahaya yang kami lakukan di pabrik roti Kurnia Mandiri dapat kami hasilkan yaitu 1. Faktor bahaya fisik yaitu dalam kebisingan pada alat penggiling gula, dan iklim pada suhu ruangan di dalam pabrik roti Kurnia Mandiri yang dapat menyebabkan penyakit heat stress 2. Faktor bahaya kimia yaitu debu yang di dapat pada bahan tepung, jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan penyakit ISPA bila tidak ditangani dengan baik. 3. Faktor bahaya ergonomi yaitu adanya ketidaksesuaian pada beban yang diangkat pada pekerja, khususnya pada tahap pencampuran dan penghalusan adonan B. Saran Sebaiknya pengenlola atau pemilik lebih memperhatikan lagi pekerja di pabrik roti ini, terutama pengenai Alat Pelindung Diri dari pekerja yang sangat minim ini sangat memungkinkan pekerja mendapatkan bahaya yang tidak diinginkan. 17
.